Senin, 27 April 2015

Strategi Pembelajaran



MAKALAH
MODEL INTERAKSI EDUKATIF DALAM PENDIDIKAN ISLAM

 Makalah  ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu Bapak Drs. H. Nafi’uddin, M.Si, M.Pd

 





                                                                              
Disusun oleh :
Muhamad Ulil Abshor
NIM : 13.61.0012





UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE SUDIRMAN GUPPI
(UNDARIS)

UNGARAN 2015



KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan dan mengajarkan manusia dengan beragam ilmu dan wahyu dan mengajarkan manusia apa yang belum diketahuinya, serta berkat rahmat, hidayah, serta inayahNya pada akhirnya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, yang berjudul MODEL INTERAKSI EDUKATIF DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada sang Uswatun Khasanah, yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah oleh ilmu pengetahuan yakni Nabi Besar Muhammad SAW, juga semoga  tercurah kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabiin dan tabiit tabiin serta kepada umat-umatnya yang selalu berpegang teguh menjalankan ajaran-ajarannya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran. Dalam menyusun makalah ini, kami sangat di bantu oleh buku-buku pendukung, website, serta rekan-rekan. Untuk memahami pokok bahasan yang di sajikan, penyusun sajikan juga kesimpulan, dengan harapan lebih mudah dalam mempelajarinya. Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ini. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam penulisan makalah ini, mudah-mudahan apa yang telah diberikan kepada kami senantiasa mendapatkan balasan berkali lipat dari Allah SWT. Amin.




DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................  i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
B.     Identifikasi Masalah…………………………………………………….  1
C.     Rumusan Masalah………………………………………………………  2
D.    Tujuan Penulisan………………………………………………………..  3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................  4
A.    Pengertian Interaksi Edukatif…..............................................................  4
B.     Prinsip Interaksi Edukatif dalam pendidikan Islam................................  5
C.     Tahap-Tahap Interaksi Edukatif ……………...…………....................... 7
D.    Cara Belajar Siswa Aktif dalam Interaksi Edukatif………………....….  8
E.     Keberhasilan Interaksi Edukatif……………………………………....... 12
BAB III PENUTUP…………………………………………………………… 18
A.    Kesimpulan……………………………………………………..….…… 18
B.     Rekomendasi……………………………………………………..……... 19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………  20
GLOSARIUM …………………………………………………………………  21
Lampiran-lampiran
 


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Interaksi yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi yang dapat disebut interaksi edukatif apabila secara sadar  mempunyai tujuan untuk mendidik dan untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Dalam hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi tersebut, karena kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau disengaja.
Kesadaran dan kesenjangan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai interaksi belajar. Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif, yang artinya didalam prosesnya anak didik berpegang pada ukuran, norma dan nilai yang diyakininya. Setiap interaksi belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan cara dan bentuk interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa . Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.

B.       Identifikasi Masalah
Pendidikan Nasional sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama berkaitan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, manajemen dan kurikulum yang diikuti oleh  perubahan-perubahan teknis lainya. Perubahan-perubahan tersebut diharapakan dapat memecahkan berbagai permasalahan pendidikan, baik masalah-masalah konvensional maupun masalah-masalah yang muncul bersamaan dengan hadirnya ide-ide baru (masalah inovatif).
Guru harus bisa menciptakan metode dan tehnik yang tepat agar mempermudah siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan mereka bisa lebih nyaman dalam melakukan interaksi di dalamnya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) bukan merupakan barang baru dalam dunia pendidikan. Belajar dengan sendirinya dalam bentuk keaktifan siswa walaupun dalam derajat yang berbeda-beda. Selanjutnya keaktifan itu dapat mengambil bentuk yang beraneka ragam seperti misalnya : mendengarkan (ceramah), mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis laporan dan sebagainya. Akan tetapi semuanya itu harus dapat dipulangkan kepada satu dalam kegiatan belajar-mengajar yang bersangkutan; asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langung terhadap balikannya dalam pembentukan keterampilan, dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan nilai dan sikap. Dengan perkatan lain, keaktifan dalam rangka CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dalam banyak hal, dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik
Salah satu cara meninjau derajat ke-CBSA-an di dalam peristiwa belajar mengajar adalah dengan mengkonsepsikan rentangan antara dua kutub gaya mengajar: Instructor – Contered Instruction dan Student – Contered Instruction.

C.      Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun membuat rumusan masalah sebagai barikut:
a.    Apa pengertian Interaksi Edukatif?
b.    Apa saja Prinsip Interaksi Edukatif dalam pendidikan Islam?
c.    Tahap-tahap apa saja yang ada dalam Model Interaksi Edukatif ?
d.   Bagaimana cara belajar Siswa Aktif dalam Interaksi Edukatif ?
e.    Apa saja Keberhasilan menggunakan Model Interaksi Edukatif ?
D.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.    Mendeskripsikan pengertian Interaksi edukatif;
  1. Mendeskripsikan Prinsip Model Interaksi Edukatif dalam pendidikan Islam;
  2. Mendeskripsikan tahap-tahap dalam Model Interaksi Edukatif;
  3. Mendeskripsikan cara belajar Siswa Aktif dalam Interaksi Edukatif;
  4. Mendeskipsikan Keberhasilan Model Interaksi Edukatif.























BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Interaksi Edukatif
Interaksi Edukatif berasal dari dua kata yaitu interaksi dan edukatif yang artinya mempunyai pendidikan. Jadi yang dimaksud interaksi edukatif adalah komunikasi timbale balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud maksud tertentu yakni untuk mencapai pengertian bersama yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).

Interaksi adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Selo Soemardjan, 1964:13).


Menurut pengertian diatas, interaksi bisa diartikan dengan bentuk utama dari proses sosial yang mana proses sosial itu adalah pengaruh timbale balik antara berbagai bidang kehidupan ekonomi, politik hukum dan sebagainya juga termasuk dalam bidang pendidikan. Interaksi Edukatif dalam pembelajaran bisa diartikan dengan adanya timbale balik antara murid dengan murid atau murid dengan guru dalam proses belajar – mengajar didalam kelas maupun diluar kelas yang merupakan salah satu dari proses pembeljaran anak didik.

Interaksi Edukatif adalah kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pesangannya (Sardiman 1986:8)

Sebagai mana diungkapkan oleh Selo Soemardjan, Sardiman juga setuju dengan adanya proses model interaksi edukatif dalam pembelajaran, karena dengan model ini, siswa akan bisa berfikir lebih luas, dan mereka akan mengeluarkan pendapatnya sesuai dengan apa yang mereka tahu, namun interaksi ini juga tidak semua peserta didik, hanya saja individual siswa yang bisa kita tahu dari proses ini. Interaksi Edukatif merupakan interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya adalah komunikasi timbale balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, dan sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar.
B.  Prinsip Interaksi Edukatif dalam pendidikan Islam
Dalam rangka menjangkau dan memenuhi sebagian besar kebutuhan
anak didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi edukatif dan
prinsip itu diharapkan mampu menjembatani dan memecahkan masalah yang
sedang guru hadapi dalam kegiatan interaksi edukatif pendidiakan Islam.
Adapun prinsip-prinsip itu adalah: 
1.    Prinsip motivasi
Dalam interaksi edukatif tidak semua anak didiknya termotivasi
untuk bidang studi tertentu motivasi anak didik untuk menerima pelajaran
tertentu pasti akan berbeda, ada anak didik yang memiliki motivasi yang
tinggi, ada yang sedang ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi.
Maka hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang
bervariasi kepada anak didik. Motivasi ini diberikan dalam bentuk
ganjaran, pujian, hadiah dan sebagainya. Dan tugas guru disini
menciptakan interaksi edukatif yang mendorong peserta didik rasa ingin
tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri dan ingin maju dan tumbuh
berkembang untuk menopang keberhasilan pengajaran.
Dalam hal ini pendidikan Islam sangatlah penting, karena kita hidup dengan ajaran-ajaran syariat Islam, dengan motivasi bahwa kehidupan di akhirat adalah langgeng/selamnya. Maka pendidikan islam harus dimulai dari sejak dini mungkin.
2.    Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki
Setiap anak didik yang hadir dikelas memiliki latar belakang
pengalaman pengetahuan yang berbeda, menyadari akan hal ini guru dapat
memanfaatkannya guna kepentingan pengajaran, karena sebaiknya guru
memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya
dari kehidupan sehari-hari, demikian kepentingan interaksi edukatif yang
optimal.
3.    Prinsip mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu
     Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu
akan mampu mengaitkan bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran,
tanpa suatu pola pelajaran dapat terpecah-pecah dan para anak didik akan
sulit memusatkan perhatian. Titik pusat dapat tercipta melalui upaya
merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan
yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan
titik pusat (fokus) akan membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar
serta akan memberikan arah kepada tujuannya.
4.    Prinsip keterpaduan
Salah satu sumbangan guru untuk membantu anak didik dalam
upaya mengorganisasikan perolehan belajar dengan pokok-pokok bahasan
lain dalam mata pelajaran yang berbeda, keterpaduan dalam pembahasan
dan peninjauan ini akan membantu anak didik dalam memadukan
perolehan belajar dalam interaksi edukatif.
5.    Prinsip mencari, menemukan dan mengembangkan sendiri
Anak didik sebagai individu pada hakikatnya mempunyai potensi
untuk mencari dan mengembangkan dirinya, lingkunganlah yang harus
menciptakan untung menunjang potensi anak didik tersebut, dalam hal ini
guru tak perlu berdaya upaya menjejali anak dengan segudang informasi,
sehingga membuat anak didik kurang kreatif dalam mencari dan
menemukan informasi, ilmu pengetahuan yang ada dalam buku-buku
bacaan, guru yang bijaksana akan membicarakan dan memberi
kesempatan pada anak didik untuk mencari dan menemukan informasi,
cara mengajar seperti ini akan menampilkan kepercayaan pada diri anak
didik tentang apa yang mereka lakukan itu sehingga melahirkan anak
didik yang kreatif dan aktif.
6.    Prinsip hubungan sosial
Dalam belajar tidak selamanya anak didik harus seorang diri, tetapi
sewaktu-waktu anak didik harus juga belajar bersama dalam kerjasama
kelompok, kerjasama disini memberikan peran bahwa kondisi sosial juga
diciptakan dalam kelas yang akan mengakrapkan pada anak didik dengan
anak didik yang lainnya dalam belajar, dan anak didik untuk biasa
menghargai pendapat orang lain yang mengemukakan pendapat serta
apabila penjelasan guru yang kurang paham maka anak didik yang lain
akan membantu menjelaskannya.
7.    Prinsip perbedaan individual
Guru akan berhadapan dengan anak didik dengan segala
perbedaan-perbedaan ini perlu guru sadari. Sudut pandang untuk melihat
perbedaan anak didik adalah dari segi biologis, intelektual dan psikologis,
guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara
individual sehingga dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan kegiatan
interaksi edukatif anak didik di dalam kelas.
Maka dari penjelasan penulis di atas maka dapat di simpulkan
bahwa prinsip-prinsip harus dipahami guru sebelum terjadinya interaksi
edukatif . Sehingga nantinya dalam proses belajar mengajar terlaksanakan
dengan baik.
Sebelum adanya interaksi edukatif, sebagai seorang guru harus bisa mengetahui tahapan tahapan apa saja yang harus ditempuh. R.D Corners, mengidentifikasikan tugas mengajar guru yang bersifat suksesif menjadi tiga tahap yaitu tahap sebelum pengajaran (pre-active), tahap pengajaran ( inter-active) dan tahap sesudah pengajaran (post-active)
1. Tahap Sebelum Pengajaran
Tahap ini guru menyusun program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester atau catur wulan program satuan pelajaran dan perencanaan program pengajaran. Dalam merencanakan program-program tersebut perlu dipertimbangkan aspek – aspek :
a. Bekal Bawaan Anak didik / entering behaviour
b. Perumusan Tujuan Pembelajaran
c. Pemilihan Metode
e. Pemilihan bahan dan Peralatan Belajar
f. Mempertimbangkan Jumlah dan Karakteristik Anak didik
g. Mempertimbangkan Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia
h. Mempertimbangkan Pola Pengelompokan
2. Tahap Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan anak didik, anak didik dengan anak didik, anak didik dengan kelompok atau anak didik secara individual. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan yang telah direncanakan. Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan adalah :
a. Pengelolaan dan Pengendalian Kelas
b. Penyampaian Informasi
c. Penggunaan Tingkah laku Verbal dan Non verbal
d. Merangsang Tanggapan Balik dari Anak Didik
e. Mempertimbangkan Prinsip – Prinsip Belajar
f. Mendiagnosis Kesulitan Belajar
g. Mempertimbangkan Perbedaan Individual
h. Mengevaluasi Kegiatan Interaksi
3. Tahap Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan anak didik. Kegitan yang dilakukan guru ditahap ini antara lain adalah :
a.       Menilai Pekerjaan Anak Didik
b.      Menilai Pengajaran Guru
c.       Membuat Perencanaan untuk Pertemuan Berikutnya
D.  Cara Belajar Siswa Aktif dalam Interaksi Edukatif
Gagasan belajar aktif atau peng-aktif-an siswa dalam proses belajar mengajar pada dasarnya bukanlah suatu barang baru dalam proses pembelajaran. Bagi dunia pendidikan Indonesia, tahun 1977 merupakan tahun kebangkitan kembali gagasan yang dikemas dengan nama Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Dikatakan kebangkitan kembali karena:
1.    Untuk jangka waktu yang cukup lama azas belajar aktif ini memang sering diabaikan atau upaya perwujudannya dalam proses belajar-mengajar kurang mendapatkan perhatian dari guru.
2.     Pada hakekatnya setiap proses belajar dengan sendirinya mengandung keaktivan atau dengan perkataan lain, yang namanya belajar tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya keaktivan dari siswa yang belajar, mulai dari yang sangat minimal sampai kepada yang sangat optimal. Dengan demikian yang menjadi issu pokok dalam konsep CBSA bukanlah “ada-tidak adanya” keaktivan tersebut dalam proses, melainkan “kadar/ derajat keaktivan” siswa dalam proses belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan CBSA diartikan sebagai salah satu acuan seorang guru dan :
anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/ fisik siswa serta pengoptimalisasi dalam pembelajaran diarahkan untuk membelajarkan siswa bagiamana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai” (Dimyati & Mudjiono, 1999, h. 115).

1.      Rasional CBSA
Penerapan CBSA dalam proses pembelajaran bertumpu pada sejumlah rasional. Yang terpenting diantaranya ialah rasional yang berkaitan langsung dengan upaya perwujudan tujuan utuh pendidikan serta karakteristik manusia dan masyarakat masa depan Indonesia yang dikehendaki.
Dewasa ini, seperti diketahui, kita telah memasuki ambang “masyarakat belajar”, yaitu masyarakat yang menghendaki pendidikan seumur hidup. Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah seyogyanya mengemban misi utama, yaitu membelajarkan peserta didik sehingga pada saatnya nanti peserta didik memiliki kemampuan untuk belajar mandiri sebagai basis dari pendidikan seumur hidup.
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa meskipun telah lama dipahami bahwa belajar memerlukan keterlibatan secara aktif orang yang belajar, kenyataan masih menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak berperan sebagai peserta pasif. Proses pembelajaran sebagaimana digambarkan, jelas tidak mungkin mampu mempersiapkan peserta didik untuk mampu bersaing dalam kehidupan dan menyesuaikan diri terhadap berbagai tantangan yang makin berat. Pembelajaran seyogyanya diorientasikan pada pembentukan kemampuan bersikap dan berfikir kritis dibangun di atas konsep-konsep dari sistem filosofis yang kuat, dilakukan melalui proses pengajaran yang memberikan berbagai peluang dan pengalaman yang bermakna.
Secara umum, esensi tujuan pendidikan adalah :
pembentukan manusia yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri hidup di dalam masyarakatnya, melainkan lebih dari pada itu, mampu menyambung bagi penyempurnaan masyarakat itu sendiri. Ini berarti bahwa para lulusan suatu lembaga pendidikan bukan hanya menghayati dan menginternalisasi nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakatnya, akan tetapi juga, apabila itu diperlukan, juga mampu mendeteksi kekurangan-kekurangannya sehingga memungkinkan penyempurnaannya.
( T. Raka Joni 1980)

2.      Prinsip-Prinsip CBSA
Pendekatan CBSA, seperti telah diisyaratkan, pada dasarnya merupakan gagasan konseptual dan bukan merupakan suatu prosedural-perseptual. Dengan demikian penerapan CBSA dalam pembelajaran diupayakan dengan menerapkan sejumlah prinsip dan rambu-rambu, sementara pada sisi lain dipergunakan sejumlah indikator untuk memperkirakan kadar keterlibatan siswa tersebut.
Dalam penerapan CBSA terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan baik yang menyangkut siswa yang belajar maupun guru yang mengelola proses pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut ialah:
a.    Penyediaan pijakan dan tuntunan kognitif oleh guru sehingga siswa terbantu untuk memberikan makna terhadap pengalaman belajarnya.
b.    Kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam dari guru.
c.    Pemberian tugas/ kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna mengkaji, berlatih/ menghayati isi kurikulum.
d.   Guru berusaha memenuhi kebutuhan individu siswa.
e.    Guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi belajar mengajar.
f.     Guru mengecek pemahaman siswa.
g.    Guru memberi balikan.
( T. Raka Joni 1980)

Sumber lain (P2SD – Ditdikdas, 1989/ 1990 : 2-5) mengemukakan tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang dan melaksanakan CBSA, yaitu:
a.    Merupakan variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan berbagai strategi belajar mengajar.
b.    Menumbuhkan prakarsa siswa untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar.
c.    Mengembangkan berbagai pola interaksi dalam proses belajar mengajar, baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa.
d.   Menggunakan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (by utilization).
e.    Pemantauan yang instensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik dan segera.
3.      Penerapan CBSA dalam Pembelajaran
Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk-bentuk:
a.    Pemanfaatan waktu luang. 
Pemanfaatan waktu luang di rumah oleh siswa memungkinkan dilakukannya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar, memilih bahan untuk dipelajari, dan menilai penguasaan bahan bahan sendiri. Jika pemanfaatan waktu tersebut dilakukan secara seksama dan berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam menunjang keberhasilan belajar di sekolah.


b.      Pembelajaran individual.
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti : minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan/ merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan, minat bakat yang sama.
c.       Bertanya jawab.
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan antar kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalu lintas atau distributor, dan dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut.
d.      Belajar Inquiry/ Discovery (Belajar Mandiri).
Dalam strategi belajar ini, siswa melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan masalah. Dia sendiri yang merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini, keaktifan siswa belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya mengarahkan, membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan inkuirinya.
E.  Keberhasilan Interaksi Edukatif
Tugas guru tidak lagi sebagai pusat informasi sehingga guru lebih banyak menerangkan sedangkan siswa hanya datang, duduk ,diam dan mencatat informasi yang diberikan oleh guru, tetapi tugas guru adalah membatu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Di sekolah guru datang untuk mengabdikan diri demi kepentingan anak didik  agar mereka bisa mengembangkan potensinya. Karena memang para siswa berharap untuk mendapatkan pembinaan dan bimbingan dari guru. Kehadiran guru sangatlah dinantikan oleh anak didik yang menunggu untuk  diberikan pelajaran karena mereka haus akan ilmu pengetahuan. Kehadiran guru merupakan kebahagiaan bagi siswa apabila figure guru sangat disenangi oleh siswa.
Dengan adanya kondidsi tersebut maka guru sebagai tenaga professional harus berusaha menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya agar mereka bisa menjadi idola bagi peserta didik yang senantiasa menunggu kehadiranya. Bila anak didik merasa cocok dengan guru yang diidolakan maka secara psikologis ada daya tarik yang mendorong mereka untuk merasa nyaman dan tidak ketakutan didalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar. Bila kondisi tersebut dapat tercipta maka mempermudah anak didik untuk menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka guru harus senantiasa meningkatkan kualitas diri dan harus bisa berperan  sebagai Guru yang profesional yang diidolakan oleh anak didik diantaranya :
1.      Inovator
Fungsi guru sebagai inivator artinya guru harus senantiasa bisa mengadakan dan mengikuti pembaharuan dalam pendidikan diantaranya dengan :
a.    Kesiapan dalam menerima pembaharuan dalam bidang pembelajaran.
Pendidikan dari waktu ke waktu senantiasa mengalami perubahan dan kemajuan, untuk itu agar guru bisa menjadi professional didalam melaksanakan tugasnya maka mereka harus siap menerima pembaharuan  pendidikan sesuai dengan kemajuan jaman baik dalam menerapkan model-model pembelajaran, penggunaan metode dan tehnik di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
b.    Kepeloporan dalam mencoba pembaharuan.
Seorang guru yang professional harus senantiasa mempelopori dalam melaksanakan pembebaharuan diantaranya dengan mau melakukan penelitian-penelitian dengan menggunakan sesuatu yang baru di dalam pelaksanaan pembelajaran diantyaranya menggunakan strategi pengajaran yang baru misalnya : CTL, Cooperative Learning, Service Learning, Pendekatan Proses, Authentic Instruction, Inquiry Based Learning, Problem Based Learning, Life skill Education selain itu mau menggunakan model-model pembelajaran Inovatif misalnyaPicture and Picture,Numbered Heads Together, Jigsaw, Stad, PBI, Artikulasi, Mind Mapping, Make- A Match, Think Pair and Share, Debate, Role Playing,Talking Stik, Snowball Throwing, Tebak Kata, Kartu Arisan .
2.      Kreatif
    Seorang guru akan dapat berhasil melaksanakan pembelajaran dengan baik jika guru tersebut mampu:
a.    Merancang sendiri pembelajaran
Sebelum guru melaksanakan pembelajaran di kelas guru harus menyiapkan semua administrasi pembelajaran mulai dari penyusunan Rencana Pekan Efektif, program tahunan,  program semester, Rencana Pembelajaran, silabus dan sistem penilaian, Penentuan SKBM, Buku Jurnal mengajar, Daftar nilai dan absesnsi, Rencana evaluasi, Kisi-kisi ulangan, Program Perbaikan dan Pengayaan, Analisis Ulangan, Target kurikulum dan daya serap.
b.    Menciptakan media pembelajaran
Guru dikatakan professional jika mereka mampu menciptakan media pembelajaran sendiri karena gurulah yang mengetahui kondisi siswa.
c.    Pengelolaan pembelajaran
Pembelajaran akan berhasil dengan baik manakala guru mampu untuk mengelola kelas dengan baik. Kelas yang terkelola dengan baik akan menunjang jalanya interaksi edukatif karena siswa merasa betah untuk tinggal di dalam kelas. berjalan secara optimal dan berhasil dengan baik.
3.      Kedisiplinan
Ketepatan waktu hadir di sekolah/kelas Guru adalah sosok yang harus bisa ditiru. Jika anak didik saja diwajibkan untuk datang disekolah tepat waktu maka guru harus bisa menjadi contoh untuk datang lebih awal disekolah dengan tujuan guru bisa menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada saat pembelajaran.
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. Guru adalah seorang perancang dalam pembelajaran jadi di dalam menyelesaikan tugas guru harus tepat waktu karena segala sesuatunya sudah dirancang sebelumnya dengan tepat.
4.      Ketaatan   
Ketaatan mengikuti aturan adalah menupakan hal yang penting bagi guru yang professional dan hukumnya wajib, karena aturan dibuat bukaan untuk dilanggar tetapi untuk ditaati dengan hararapn bisa menutup kekurangan-kekurangan yang akan terjadi. Jalinan hubungan antara guru dan atasan hendaknya selalu diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama.            
5.      Inspirator
Fungsi guru sebagai inspirator maksudnya guru harus bisa mengilhami sesuatu yang baik pada diri anak didik  untuk mendapatkan kemajuan dalam pembelajaran. Guru harus bisa memberikan petujuk bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk tidak harus beupa teori tetapi apa saja yang bisa dilakukan sehingga anak didik dapat melepaskan diri dari masalah masalah yang dihadapinya.
6.      Informator
Dengan begitu pesatnya perkembangan tehnologi dan ilmu pengetahuan maka guru harus siap untuk memberikan informasi yang jelas terhadap perkembangan pendidikan tersebut. Jadi guru tidak boleh ketinggalan jaman dan harus senantiasa berusaha mengikuti perkembangan IPTEK. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk kepentingan anak didik.
7.      Organisator
Setiap guru harus mampu berperan sebagai organisator yang baik. Guru harus mampu mengorganisir segala sesuatu yeng terkait dengan pembelajaran dengan baik . Karenanya sebelum melakukan pembelajaran guru harus terlebih dahulu menyiapkan aturan tata tertib yang baik yang akan menjadi panutan di dalam setiap kegiatan di sekolah . Kemampuan menyusun kalender akademik juga termasuk di dalamnya yang harus dikuasahi oleh guru. Sehingga akan tercipta efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada setiap diri anak didik.
8.      Motivator
Kemampuan guru dalam mendorong agar anak didik lebih bergairah dalam belajar adalah merupakan kemempuan yang penting bagi guru sebagai motivator. Agar bisa berperan dalam melaksanakan fungsinya sebagai motivator yang baik , guru harus mampu menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak kurang bergairah dalam belajar dan mengalami penurunan prestasinya di sekolah.
9.      Inisiator
Kedudukan guru sebagai tenaga profesiaonal membuat guru harus mampu menjadi pencetus ide-ide baru untuk kemajuan pendidikan dan pengajaran. Guru harus memiliki inisiatip menciptakan media pembelajaran yang baru dan cocok dengan perkembangan dunia pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan mempermudah dan menarik bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Jadi guru harus senantiasa melakukan inisiatif di dalam menemukan metode dan tehnik yang baru yang dapat mengembangkan kemajuan dunia pendidikan.
10.  Fasilitator
Guru harus memiliki kemampuan sebagai fasilitator yang sanggup untuk menciptakan ,menyediakan dan membuat fasilitas belajar yang baik , dan menyenangkan sehingga tercipta lingkungan belajar yang nyaman dan membuat siswa lebih giat dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai seperti yang diharapkan.
11.  Pembimbing
Setiap guru harus mampu memainkan perannya sebagai pembimbing. Karena tugas guru adalah membantu membimbing siswa dalam belajar agar siswa tidak mengalami kesulitan. Keikhlasan guru untuk membimbing siswa sangatlah dibutuhkan ,karena ikatan batin yang kuat akan tercipta manakala perasaan ikhlas muncul pada diri seseorang saat melakukan suatu aktifitas..
12.  Evaluator
Fungsi guru sebagai evaluator memegang kunci yang penting karena akan bisa menentukan tingkat keberhasilan siswa. Untuk itu guru harus pandai memainkan peranya sebelum memberikan evaluasi terhadap siswa . Guru harus merumuskan dulu apa tujan dari evaluasi tersebut, selain itu guru harus pandai menyusun alat evaluasi yang tepat yang akan digunakan untuk mengukur tujan dari apa yang hendak diukur. Belajar dan berlatih menyusun alat evaluasi adalah sangat penting untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Di dalam pembelajaran , fungsi guru sebagai evaluator tidak hanya menilai produk ( hasil dari pengajaran ), tetapi juga menilai proses, karena dengan kedua kegiatan itu akan diperoleh feedback tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilaksanakan.








BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
CBSA merupakan suatu upaya dalam pembauran pendidikan dan pembelajaran. CBSA bukan hal baru dalam pendidikan dan pengajaran. CBSA merupakan konsekuensi logis dalam pembelajaran dan pengajaran. Tidak ada proses belajar tanpa keaktifan anak didik yang belajar. Semua komponen dalam sekolah harus mendalami seluk beluk CBSA mulai dari pengertian CBSA, setelah itu mengedepankan rasionalitas dan memperhatikan prinsip-prinsip CBSA. Sehingga penerapan CBSA dalam pembelajaran lebih efektif. Dengan metode CBSA kualitas pendidikan bisa ditingkatkan, CBSA dapat berjalan apabila diinternaliasasikan doktrinnya dalam dunia pendidikan.
Agar tujuan pembelajaran dapat berhasil  dan predikat guru sebagai tenaga professional yang diidolakan oleh anak didik tidak diragukan lagi mari para guru bersama-sama saling introspeksi sudah sampai sejauh mana peran para guru dalam melaksanakan tugas pendidikan. Jadi janganlah kita hanya menuntut hak tapi lalai dalam melaksanakan tugas, tetapi marilah kita melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya kemudian kita menuntut hak kita.  Sekali lagi gurulah yang menjadi ujung tombak dalam keberhasilan pembelajaran, untuk itu marilah menjadi guru yang professional demi keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan.
Dengan Model Interaksi Edukatif proses pembelajaran bisa menjadikan anak didik lebih aktif dan kreatif sehingga Model PAIKEM bisa diterapkan dengan semestinya. Dalam pendidikan Islam anak bisa lebih mendalami dan mengerti ajaran-ajaran yang ada, karena mereka bisa praktek secara langsungf setelah menerima pelajaran dari seorang guru, sebaliknya guru dituntut untuk bisa menjadi seorang guru yang teladan sekaligus menjadi guru yang hebat sebagai salah satu proses untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dengan ini lembaga pendidikan bisa mencetak generasi muda yang aktif dalam segala bidang, terutama bidang pendidikan Islam yang ada di Indonesia, pendidikan Islam memang sangatlah tidak diunggulkan dalam pendidikan Indonesia, karena dianggap sebagai pendidikan yang kolot, naming sebagai seorang guru, harus bisa menjelaskan secara detai tentang tujuan yang akan dicapai.
B.  Rekomendasi
Pendidikan Islam di Negara ini sangatlah kurang, mulai dari minat seorang peserta didik, motivasi orang tua maupun guru maupun dari cara pembelajaran guru disekolah atau diluar sekolah, Pendidikan Islam memang seharusnya dimulai dari sejak kecil, karena pendidikan Islam itulah yang akan membentengi individu seorang peserta didik dari pendidikan-pendidikan luar yang jauh dari ajaran-ajaran Islam, maka Guru dalam Pendidikan Islam dituntuk untuk multitalent yang bisa menggabungakan, menginovasi atau memberi pembaruan dengan harapan pendidikan Islam bisa maju sebagaimana pendidikan-pendikan selain islam, selain guru peran Orang Tua sangat besar dalm menentukan tujuan ini, karena orang tualah yang waktunya lebih banyak bersama anak didik dibandingkan seorang guru yang ada dalam lembaga pendidikan.
Peran Orang Tua dan guru bisa berjalan dengan baik sebagaimana tujuan pembelajaran dalam pendidikan islam, harus diselaraskan dengan baik pula, karena dua peran inilah yang sangat besar pengaruhnya daripada yang lain.












DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri, Drs. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2000.
Hasibuan, J.J. Drs., Dip. Ed. Drs. Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset. 1992.
















GLOSARIUM

Design             : Suatu pemikiran baru atas fundamental seni dengan tidak hanya menitik beratkan pada nilai estetik, namun juga aspek  fungsi dan latar industri secara massa.
Discovery        : Penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru baik berupa suatu alat baru maupun ide baru.
Inquiry            : Suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau exsperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis
Instructor        : Orang yang bertugas mengajarkan sesuatu dan sekaligus memberikan latihan dan bimbingannya.
Utilization       : Sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan dan digunakan untuk keperluan belajar













Lampiran-lampiran :