MAKALAH
MODEL INTERAKSI EDUKATIF DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran
Dosen Pengampu Bapak Drs. H. Nafi’uddin, M.Si, M.Pd
Disusun oleh :
Muhamad Ulil Abshor
NIM : 13.61.0012
UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC
CENTRE SUDIRMAN GUPPI
(UNDARIS)
UNGARAN 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah Swt
yang telah memberikan dan mengajarkan manusia dengan beragam ilmu dan wahyu dan
mengajarkan manusia apa yang belum diketahuinya, serta berkat rahmat, hidayah,
serta inayahNya pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini, yang berjudul “MODEL INTERAKSI EDUKATIF DALAM PENDIDIKAN ISLAM”
Shalawat beserta salam semoga
tercurahkan kepada sang Uswatun Khasanah, yang telah membawa manusia dari zaman
jahiliyah menuju zaman islamiyah oleh ilmu pengetahuan yakni Nabi Besar
Muhammad SAW, juga semoga tercurah
kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabiin dan tabiit tabiin serta kepada
umat-umatnya yang selalu berpegang teguh menjalankan ajaran-ajarannya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran. Dalam menyusun makalah ini, kami sangat di
bantu oleh buku-buku pendukung, website, serta rekan-rekan. Untuk memahami
pokok bahasan yang di sajikan, penyusun sajikan juga kesimpulan, dengan harapan
lebih mudah dalam mempelajarinya. Kami menyadari
bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat kami harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ini. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam penulisan makalah ini, mudah-mudahan apa yang telah
diberikan kepada kami senantiasa mendapatkan balasan berkali lipat dari Allah SWT.
Amin.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi...............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………………. 1
C. Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
D. Tujuan Penulisan……………………………………………………….. 3
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................... 4
A.
Pengertian Interaksi Edukatif….............................................................. 4
B.
Prinsip Interaksi Edukatif dalam pendidikan Islam................................ 5
D. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Interaksi Edukatif………………....…. 8
E. Keberhasilan Interaksi Edukatif……………………………………....... 12
BAB III PENUTUP……………………………………………………………
18
A.
Kesimpulan……………………………………………………..….…… 18
B.
Rekomendasi……………………………………………………..……... 19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 20
GLOSARIUM ………………………………………………………………… 21
Lampiran-lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Interaksi yang berlangsung dalam kehidupan
di sekitar manusia dapat diubah
menjadi interaksi yang
bernilai edukatif. Interaksi yang dapat disebut interaksi edukatif apabila secara sadar
mempunyai tujuan
untuk mendidik dan untuk mengantarkan
anak didik kearah kedewasaannya. Dalam hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan berlangsungnya
interaksi tersebut, karena kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau
disengaja.
Kesadaran dan kesenjangan melibatkan
diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan
berbagai interaksi belajar. Belajar mengajar adalah sebuah interaksi
yang bernilai normatif, yang artinya didalam prosesnya anak didik berpegang
pada ukuran, norma dan nilai yang diyakininya. Setiap interaksi belajar mengajar
pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan cara dan bentuk interaksi. Dalam
mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya
perbuatan belajar pada siswa . Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan
aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi
itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif
harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah
suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung
dalam ikatan tujuan pendidikan.
B.
Identifikasi Masalah
Pendidikan
Nasional sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama
berkaitan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, manajemen dan
kurikulum yang diikuti oleh perubahan-perubahan teknis lainya.
Perubahan-perubahan tersebut diharapakan dapat memecahkan berbagai permasalahan
pendidikan, baik masalah-masalah konvensional maupun masalah-masalah yang
muncul bersamaan dengan hadirnya ide-ide baru (masalah inovatif).
Guru harus
bisa menciptakan metode dan tehnik yang tepat agar mempermudah siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar dan mereka bisa lebih nyaman dalam
melakukan interaksi di dalamnya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) bukan merupakan barang baru dalam dunia pendidikan.
Belajar dengan sendirinya dalam bentuk keaktifan siswa walaupun dalam derajat
yang berbeda-beda. Selanjutnya keaktifan itu dapat mengambil bentuk yang
beraneka ragam seperti misalnya : mendengarkan (ceramah), mendiskusikan,
membuat sesuatu, menulis laporan dan sebagainya. Akan tetapi semuanya itu harus
dapat dipulangkan kepada satu dalam kegiatan belajar-mengajar yang
bersangkutan; asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan,
perbuatan serta pengalaman langung terhadap balikannya dalam pembentukan keterampilan,
dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan nilai dan
sikap. Dengan perkatan lain, keaktifan dalam rangka CBSA menunjuk kepada
keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dalam banyak hal,
dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik
Salah satu
cara meninjau derajat ke-CBSA-an di dalam peristiwa belajar mengajar adalah
dengan mengkonsepsikan rentangan antara dua kutub gaya mengajar: Instructor –
Contered Instruction dan Student – Contered Instruction.
C.
Rumusan Masalah
Dalam makalah
ini, penyusun membuat rumusan masalah sebagai barikut:
a.
Apa pengertian Interaksi Edukatif?
b.
Apa saja Prinsip Interaksi Edukatif
dalam pendidikan Islam?
c.
Tahap-tahap apa saja yang ada dalam
Model Interaksi Edukatif ?
d.
Bagaimana cara belajar Siswa Aktif
dalam Interaksi Edukatif ?
e.
Apa saja Keberhasilan menggunakan
Model Interaksi Edukatif ?
D.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Mendeskripsikan pengertian Interaksi
edukatif;
- Mendeskripsikan Prinsip Model Interaksi Edukatif dalam pendidikan Islam;
- Mendeskripsikan tahap-tahap dalam Model Interaksi Edukatif;
- Mendeskripsikan cara belajar Siswa Aktif dalam Interaksi Edukatif;
- Mendeskipsikan Keberhasilan Model Interaksi Edukatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Interaksi Edukatif
Interaksi Edukatif berasal dari dua kata yaitu interaksi
dan edukatif yang artinya mempunyai pendidikan. Jadi yang dimaksud interaksi
edukatif adalah komunikasi timbale balik antara pihak yang satu dengan pihak
yang lain, sudah mengandung maksud maksud tertentu yakni untuk mencapai
pengertian bersama yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar
berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi adalah hubungan yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok manusia maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Selo Soemardjan, 1964:13).
Menurut
pengertian diatas, interaksi bisa diartikan dengan bentuk utama dari proses
sosial yang mana proses sosial itu adalah pengaruh timbale balik antara
berbagai bidang kehidupan ekonomi, politik hukum dan sebagainya juga termasuk
dalam bidang pendidikan. Interaksi Edukatif dalam pembelajaran bisa diartikan
dengan adanya timbale balik antara murid dengan murid atau murid dengan guru
dalam proses belajar – mengajar didalam kelas maupun diluar kelas yang
merupakan salah satu dari proses pembeljaran anak didik.
Interaksi
Edukatif adalah kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seorang
terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu
tindakan oleh individu lain yang menjadi pesangannya (Sardiman 1986:8)
Sebagai
mana diungkapkan oleh Selo Soemardjan, Sardiman juga setuju dengan adanya
proses model interaksi edukatif dalam pembelajaran, karena dengan model ini,
siswa akan bisa berfikir lebih luas, dan mereka akan mengeluarkan pendapatnya
sesuai dengan apa yang mereka tahu, namun interaksi ini juga tidak semua
peserta didik, hanya saja individual siswa yang bisa kita tahu dari proses ini.
Interaksi Edukatif merupakan interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan
untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya adalah
komunikasi timbale balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, dan
sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan dalam
kegiatan belajar.
B. Prinsip Interaksi Edukatif dalam pendidikan Islam
Dalam rangka menjangkau dan memenuhi
sebagian besar kebutuhan
anak didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi edukatif dan
prinsip itu diharapkan mampu menjembatani dan memecahkan masalah yang
sedang guru hadapi dalam kegiatan interaksi edukatif pendidiakan Islam.
anak didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi edukatif dan
prinsip itu diharapkan mampu menjembatani dan memecahkan masalah yang
sedang guru hadapi dalam kegiatan interaksi edukatif pendidiakan Islam.
Adapun prinsip-prinsip itu
adalah:
1. Prinsip
motivasi
Dalam interaksi edukatif tidak semua
anak didiknya termotivasi
untuk bidang studi tertentu motivasi anak didik untuk menerima pelajaran
tertentu pasti akan berbeda, ada anak didik yang memiliki motivasi yang
tinggi, ada yang sedang ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi.
Maka hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang
bervariasi kepada anak didik. Motivasi ini diberikan dalam bentuk
ganjaran, pujian, hadiah dan sebagainya. Dan tugas guru disini
menciptakan interaksi edukatif yang mendorong peserta didik rasa ingin
tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri dan ingin maju dan tumbuh
berkembang untuk menopang keberhasilan pengajaran. Dalam hal ini pendidikan Islam sangatlah penting, karena kita hidup dengan ajaran-ajaran syariat Islam, dengan motivasi bahwa kehidupan di akhirat adalah langgeng/selamnya. Maka pendidikan islam harus dimulai dari sejak dini mungkin.
untuk bidang studi tertentu motivasi anak didik untuk menerima pelajaran
tertentu pasti akan berbeda, ada anak didik yang memiliki motivasi yang
tinggi, ada yang sedang ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi.
Maka hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang
bervariasi kepada anak didik. Motivasi ini diberikan dalam bentuk
ganjaran, pujian, hadiah dan sebagainya. Dan tugas guru disini
menciptakan interaksi edukatif yang mendorong peserta didik rasa ingin
tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri dan ingin maju dan tumbuh
berkembang untuk menopang keberhasilan pengajaran. Dalam hal ini pendidikan Islam sangatlah penting, karena kita hidup dengan ajaran-ajaran syariat Islam, dengan motivasi bahwa kehidupan di akhirat adalah langgeng/selamnya. Maka pendidikan islam harus dimulai dari sejak dini mungkin.
2. Prinsip
berangkat dari persepsi yang dimiliki
Setiap anak didik yang hadir dikelas
memiliki latar belakang
pengalaman pengetahuan yang berbeda, menyadari akan hal ini guru dapat
memanfaatkannya guna kepentingan pengajaran, karena sebaiknya guru
memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya
dari kehidupan sehari-hari, demikian kepentingan interaksi edukatif yang
optimal.
pengalaman pengetahuan yang berbeda, menyadari akan hal ini guru dapat
memanfaatkannya guna kepentingan pengajaran, karena sebaiknya guru
memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya
dari kehidupan sehari-hari, demikian kepentingan interaksi edukatif yang
optimal.
3. Prinsip
mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu
akan mampu mengaitkan bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran,
tanpa suatu pola pelajaran dapat terpecah-pecah dan para anak didik akan
sulit memusatkan perhatian. Titik pusat dapat tercipta melalui upaya
merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan
yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan
titik pusat (fokus) akan membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar
serta akan memberikan arah kepada tujuannya.
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu
akan mampu mengaitkan bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran,
tanpa suatu pola pelajaran dapat terpecah-pecah dan para anak didik akan
sulit memusatkan perhatian. Titik pusat dapat tercipta melalui upaya
merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan
yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan
titik pusat (fokus) akan membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar
serta akan memberikan arah kepada tujuannya.
4. Prinsip
keterpaduan
Salah satu
sumbangan guru untuk membantu anak didik dalam
upaya mengorganisasikan perolehan belajar dengan pokok-pokok bahasan
lain dalam mata pelajaran yang berbeda, keterpaduan dalam pembahasan
dan peninjauan ini akan membantu anak didik dalam memadukan
perolehan belajar dalam interaksi edukatif.
upaya mengorganisasikan perolehan belajar dengan pokok-pokok bahasan
lain dalam mata pelajaran yang berbeda, keterpaduan dalam pembahasan
dan peninjauan ini akan membantu anak didik dalam memadukan
perolehan belajar dalam interaksi edukatif.
5. Prinsip
mencari, menemukan dan mengembangkan sendiri
Anak didik
sebagai individu pada hakikatnya mempunyai potensi
untuk mencari dan mengembangkan dirinya, lingkunganlah yang harus
menciptakan untung menunjang potensi anak didik tersebut, dalam hal ini
guru tak perlu berdaya upaya menjejali anak dengan segudang informasi,
sehingga membuat anak didik kurang kreatif dalam mencari dan
menemukan informasi, ilmu pengetahuan yang ada dalam buku-buku
bacaan, guru yang bijaksana akan membicarakan dan memberi
kesempatan pada anak didik untuk mencari dan menemukan informasi,
cara mengajar seperti ini akan menampilkan kepercayaan pada diri anak
didik tentang apa yang mereka lakukan itu sehingga melahirkan anak
didik yang kreatif dan aktif.
untuk mencari dan mengembangkan dirinya, lingkunganlah yang harus
menciptakan untung menunjang potensi anak didik tersebut, dalam hal ini
guru tak perlu berdaya upaya menjejali anak dengan segudang informasi,
sehingga membuat anak didik kurang kreatif dalam mencari dan
menemukan informasi, ilmu pengetahuan yang ada dalam buku-buku
bacaan, guru yang bijaksana akan membicarakan dan memberi
kesempatan pada anak didik untuk mencari dan menemukan informasi,
cara mengajar seperti ini akan menampilkan kepercayaan pada diri anak
didik tentang apa yang mereka lakukan itu sehingga melahirkan anak
didik yang kreatif dan aktif.
6.
Prinsip hubungan sosial
Dalam belajar tidak selamanya anak didik harus seorang
diri, tetapi
sewaktu-waktu anak didik harus juga belajar bersama dalam kerjasama
kelompok, kerjasama disini memberikan peran bahwa kondisi sosial juga
diciptakan dalam kelas yang akan mengakrapkan pada anak didik dengan
anak didik yang lainnya dalam belajar, dan anak didik untuk biasa
menghargai pendapat orang lain yang mengemukakan pendapat serta
apabila penjelasan guru yang kurang paham maka anak didik yang lain
akan membantu menjelaskannya.
sewaktu-waktu anak didik harus juga belajar bersama dalam kerjasama
kelompok, kerjasama disini memberikan peran bahwa kondisi sosial juga
diciptakan dalam kelas yang akan mengakrapkan pada anak didik dengan
anak didik yang lainnya dalam belajar, dan anak didik untuk biasa
menghargai pendapat orang lain yang mengemukakan pendapat serta
apabila penjelasan guru yang kurang paham maka anak didik yang lain
akan membantu menjelaskannya.
7.
Prinsip perbedaan individual
Guru akan berhadapan dengan anak didik dengan segala
perbedaan-perbedaan ini perlu guru sadari. Sudut pandang untuk melihat
perbedaan anak didik adalah dari segi biologis, intelektual dan psikologis,
guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara
individual sehingga dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan kegiatan
interaksi edukatif anak didik di dalam kelas.
perbedaan-perbedaan ini perlu guru sadari. Sudut pandang untuk melihat
perbedaan anak didik adalah dari segi biologis, intelektual dan psikologis,
guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara
individual sehingga dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan kegiatan
interaksi edukatif anak didik di dalam kelas.
Maka dari penjelasan penulis di atas maka dapat di
simpulkan
bahwa prinsip-prinsip harus dipahami guru sebelum terjadinya interaksi
edukatif . Sehingga nantinya dalam proses belajar mengajar terlaksanakan
dengan baik.
bahwa prinsip-prinsip harus dipahami guru sebelum terjadinya interaksi
edukatif . Sehingga nantinya dalam proses belajar mengajar terlaksanakan
dengan baik.
Sebelum adanya interaksi edukatif, sebagai
seorang guru harus bisa mengetahui tahapan tahapan apa saja yang harus
ditempuh. R.D Corners, mengidentifikasikan tugas mengajar guru
yang bersifat suksesif menjadi tiga tahap yaitu tahap sebelum pengajaran
(pre-active), tahap pengajaran ( inter-active) dan tahap sesudah pengajaran
(post-active)
1. Tahap
Sebelum Pengajaran
Tahap ini
guru menyusun program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester atau
catur wulan program satuan pelajaran dan perencanaan program pengajaran. Dalam
merencanakan program-program tersebut perlu dipertimbangkan aspek – aspek :
a. Bekal Bawaan Anak didik /
entering behaviour
b. Perumusan Tujuan Pembelajaran
c. Pemilihan Metode
e. Pemilihan bahan dan Peralatan
Belajar
f. Mempertimbangkan Jumlah dan
Karakteristik Anak didik
g. Mempertimbangkan Jumlah Jam
Pelajaran yang Tersedia
h. Mempertimbangkan Pola
Pengelompokan
2. Tahap
Pengajaran
Dalam tahap
ini berlangsung interaksi antara guru dengan anak didik, anak didik dengan anak
didik, anak didik dengan kelompok atau anak didik secara individual. Tahap ini
merupakan tahap pelaksanaan yang telah direncanakan. Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan adalah :
a. Pengelolaan dan Pengendalian Kelas
a. Pengelolaan dan Pengendalian Kelas
b. Penyampaian Informasi
c. Penggunaan Tingkah laku Verbal
dan Non verbal
d. Merangsang Tanggapan Balik dari
Anak Didik
e. Mempertimbangkan Prinsip –
Prinsip Belajar
f. Mendiagnosis Kesulitan Belajar
g. Mempertimbangkan Perbedaan
Individual
h. Mengevaluasi Kegiatan Interaksi
3. Tahap
Sesudah Pengajaran
Tahap ini
merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan anak
didik. Kegitan yang dilakukan guru ditahap ini antara lain adalah :
a.
Menilai Pekerjaan Anak Didik
b.
Menilai Pengajaran Guru
c.
Membuat Perencanaan untuk Pertemuan
Berikutnya
D. Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Interaksi Edukatif
Gagasan
belajar aktif atau peng-aktif-an siswa
dalam proses belajar mengajar pada dasarnya bukanlah suatu barang baru dalam
proses pembelajaran. Bagi dunia pendidikan Indonesia, tahun 1977 merupakan
tahun kebangkitan kembali gagasan yang dikemas dengan nama Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Dikatakan kebangkitan kembali
karena:
1.
Untuk jangka waktu yang cukup lama
azas belajar aktif ini memang sering diabaikan atau upaya perwujudannya dalam
proses belajar-mengajar kurang mendapatkan perhatian dari guru.
2.
Pada hakekatnya setiap proses belajar dengan
sendirinya mengandung keaktivan atau dengan perkataan lain, yang namanya
belajar tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya keaktivan dari siswa yang
belajar, mulai dari yang sangat minimal sampai kepada yang sangat optimal.
Dengan demikian yang menjadi issu pokok dalam konsep CBSA bukanlah “ada-tidak
adanya” keaktivan tersebut dalam proses, melainkan “kadar/ derajat
keaktivan” siswa dalam proses belajar.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan CBSA diartikan sebagai salah satu acuan seorang guru dan :
“anutan pembelajaran yang
mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam
proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan
intelektual-emosional/ fisik siswa serta pengoptimalisasi dalam pembelajaran
diarahkan untuk membelajarkan siswa bagiamana belajar memperoleh dan memproses
perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai” (Dimyati
& Mudjiono, 1999, h. 115).
1.
Rasional CBSA
Penerapan
CBSA dalam proses pembelajaran bertumpu pada sejumlah rasional. Yang terpenting
diantaranya ialah rasional yang berkaitan langsung dengan upaya perwujudan
tujuan utuh pendidikan serta karakteristik manusia dan masyarakat masa depan
Indonesia yang dikehendaki.
Dewasa ini,
seperti diketahui, kita telah memasuki ambang “masyarakat belajar”, yaitu
masyarakat yang menghendaki pendidikan seumur hidup. Dalam latar pendidikan
seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah seyogyanya mengemban misi
utama, yaitu membelajarkan peserta didik sehingga pada saatnya nanti peserta
didik memiliki kemampuan untuk belajar mandiri sebagai basis dari pendidikan
seumur hidup.
Sebagaimana
telah diungkapkan bahwa meskipun telah lama dipahami bahwa belajar memerlukan
keterlibatan secara aktif orang yang belajar, kenyataan masih menunjukkan
kecenderungan yang berbeda. Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya
kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam
proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak berperan sebagai peserta
pasif. Proses pembelajaran sebagaimana digambarkan, jelas tidak mungkin mampu
mempersiapkan peserta didik untuk mampu bersaing dalam kehidupan dan
menyesuaikan diri terhadap berbagai tantangan yang makin berat. Pembelajaran
seyogyanya diorientasikan pada pembentukan kemampuan bersikap dan berfikir
kritis dibangun di atas konsep-konsep dari sistem filosofis yang kuat,
dilakukan melalui proses pengajaran yang memberikan berbagai peluang dan
pengalaman yang bermakna.
Secara umum,
esensi tujuan pendidikan adalah :
pembentukan
manusia yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri hidup di dalam masyarakatnya,
melainkan lebih dari pada itu, mampu menyambung bagi penyempurnaan masyarakat
itu sendiri. Ini berarti bahwa para lulusan suatu lembaga pendidikan bukan
hanya menghayati dan menginternalisasi nilai-nilai yang hidup di dalam
masyarakatnya, akan tetapi juga, apabila itu diperlukan, juga mampu mendeteksi
kekurangan-kekurangannya sehingga memungkinkan penyempurnaannya.
( T. Raka
Joni 1980)
2.
Prinsip-Prinsip CBSA
Pendekatan
CBSA, seperti telah diisyaratkan, pada dasarnya merupakan gagasan konseptual
dan bukan merupakan suatu prosedural-perseptual. Dengan demikian penerapan CBSA
dalam pembelajaran diupayakan dengan menerapkan sejumlah prinsip dan
rambu-rambu, sementara pada sisi lain dipergunakan sejumlah indikator untuk
memperkirakan kadar keterlibatan siswa tersebut.
Dalam
penerapan CBSA terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan baik yang
menyangkut siswa yang belajar maupun guru yang mengelola proses pembelajaran.
Prinsip-prinsip tersebut ialah:
a.
Penyediaan pijakan dan tuntunan kognitif oleh guru
sehingga siswa terbantu untuk memberikan makna terhadap pengalaman belajarnya.
b.
Kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam dari
guru.
c.
Pemberian tugas/ kesempatan bagi siswa untuk berbuat
langsung guna mengkaji, berlatih/ menghayati isi kurikulum.
d.
Guru berusaha memenuhi kebutuhan individu siswa.
e.
Guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam
interaksi belajar mengajar.
f.
Guru mengecek
pemahaman siswa.
g.
Guru memberi
balikan.
( T. Raka Joni 1980)
Sumber lain (P2SD – Ditdikdas, 1989/ 1990 : 2-5) mengemukakan tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam
merancang dan melaksanakan CBSA, yaitu:
a.
Merupakan
variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan berbagai strategi
belajar mengajar.
b.
Menumbuhkan
prakarsa siswa untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar.
c.
Mengembangkan
berbagai pola interaksi dalam proses belajar mengajar, baik antara guru dengan
siswa maupun antar siswa.
d.
Menggunakan
berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun
yang dimanfaatkan (by utilization).
e.
Pemantauan
yang instensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik dan segera.
3.
Penerapan CBSA dalam Pembelajaran
Pendekatan
CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk-bentuk:
a.
Pemanfaatan waktu luang.
Pemanfaatan waktu luang di rumah
oleh siswa memungkinkan dilakukannya kegiatan belajar aktif, dengan cara
menyusun rencana belajar, memilih bahan untuk dipelajari, dan menilai
penguasaan bahan bahan sendiri. Jika pemanfaatan waktu tersebut dilakukan
secara seksama dan berkesinambungan akan memberikan manfaat yang baik dalam
menunjang keberhasilan belajar di sekolah.
b.
Pembelajaran individual.
Pembelajaran individual adalah
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu tiap
siswa, seperti : minat abilitet, bakat, kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat
mempersiapkan/ merencanakan tugas-tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan
dilakukan oleh siswa masing-masing, dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar
secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan belajar dilakukan dalam bentuk
kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan, minat bakat yang
sama.
c.
Bertanya jawab.
Kegiatan tanya jawab antara guru dan
siswa, antara siswa dengan siswa, dan antar kelompok siswa dengan kelompok
lainnya memberikan peluang cukup banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kadar
CBSA-nya akan lebih besar jika pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul dan diajukan
oleh pihak siswa dan dijawab oleh siswa lainnya. Guru bertindak sebagai
pengatur lalu lintas atau distributor, dan dianggap perlu guru melakukan
koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan jawaban-jawaban tersebut.
d.
Belajar Inquiry/ Discovery
(Belajar Mandiri).
Dalam strategi belajar ini, siswa
melakukan proses mental intelektual dalam upaya memecahkan masalah. Dia sendiri
yang merumuskan suatu masalah, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan serta mengaplikasikan hasil belajarnya. Dalam konteks ini,
keaktifan siswa belajar memang lebih menonjol, sedangkan kegiatan guru hanya
mengarahkan, membimbing, memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa melakukan
kegiatan inkuirinya.
E. Keberhasilan Interaksi Edukatif
Tugas guru tidak lagi sebagai pusat informasi sehingga
guru lebih banyak menerangkan sedangkan siswa hanya datang, duduk ,diam dan
mencatat informasi yang diberikan oleh guru, tetapi tugas guru adalah membatu
siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan
strategi dari pada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
siswa.Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Di sekolah guru datang untuk mengabdikan diri demi
kepentingan anak didik agar mereka bisa mengembangkan potensinya.
Karena memang para siswa berharap untuk mendapatkan pembinaan dan bimbingan
dari guru. Kehadiran guru sangatlah dinantikan oleh anak didik yang menunggu
untuk diberikan pelajaran karena mereka haus akan ilmu pengetahuan.
Kehadiran guru merupakan kebahagiaan bagi siswa apabila figure guru sangat
disenangi oleh siswa.
Dengan adanya kondidsi tersebut maka guru sebagai
tenaga professional harus berusaha menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya agar
mereka bisa menjadi idola bagi peserta didik yang senantiasa menunggu
kehadiranya. Bila anak didik merasa cocok dengan guru yang diidolakan maka
secara psikologis ada daya tarik yang mendorong mereka untuk merasa nyaman dan
tidak ketakutan didalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar. Bila
kondisi tersebut dapat tercipta maka mempermudah anak didik untuk menerima
pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka
guru harus senantiasa meningkatkan kualitas diri
dan harus bisa berperan sebagai Guru yang profesional yang diidolakan oleh anak didik diantaranya :
1.
Inovator
Fungsi guru
sebagai inivator artinya guru harus senantiasa bisa mengadakan dan mengikuti
pembaharuan dalam pendidikan diantaranya dengan :
a.
Kesiapan dalam menerima pembaharuan
dalam bidang pembelajaran.
Pendidikan dari waktu ke waktu
senantiasa mengalami perubahan dan kemajuan, untuk itu agar guru bisa menjadi
professional didalam melaksanakan tugasnya maka mereka harus siap menerima
pembaharuan pendidikan sesuai dengan kemajuan jaman baik dalam
menerapkan model-model pembelajaran, penggunaan metode dan tehnik di dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas.
b.
Kepeloporan dalam mencoba
pembaharuan.
Seorang guru yang professional harus
senantiasa mempelopori dalam melaksanakan pembebaharuan diantaranya dengan mau
melakukan penelitian-penelitian dengan menggunakan sesuatu yang baru di dalam
pelaksanaan pembelajaran diantyaranya menggunakan strategi pengajaran yang baru
misalnya : CTL, Cooperative Learning, Service Learning, Pendekatan Proses,
Authentic Instruction, Inquiry Based Learning, Problem Based Learning, Life
skill Education selain itu mau menggunakan model-model pembelajaran Inovatif
misalnyaPicture and Picture,Numbered Heads Together, Jigsaw, Stad, PBI,
Artikulasi, Mind Mapping, Make- A Match, Think Pair and Share, Debate, Role
Playing,Talking Stik, Snowball Throwing, Tebak Kata, Kartu Arisan .
2.
Kreatif
Seorang guru
akan dapat berhasil melaksanakan pembelajaran dengan baik jika guru tersebut mampu:
a.
Merancang sendiri pembelajaran
Sebelum guru melaksanakan
pembelajaran di kelas guru harus menyiapkan semua administrasi pembelajaran
mulai dari penyusunan Rencana Pekan Efektif, program
tahunan, program semester, Rencana Pembelajaran, silabus dan sistem
penilaian, Penentuan SKBM, Buku Jurnal mengajar, Daftar nilai dan absesnsi,
Rencana evaluasi, Kisi-kisi ulangan, Program Perbaikan dan Pengayaan, Analisis
Ulangan, Target kurikulum dan daya serap.
b.
Menciptakan media pembelajaran
Guru dikatakan professional jika
mereka mampu menciptakan media pembelajaran sendiri karena gurulah yang
mengetahui kondisi siswa.
c.
Pengelolaan pembelajaran
Pembelajaran akan berhasil dengan
baik manakala guru mampu untuk mengelola kelas dengan baik. Kelas yang
terkelola dengan baik akan menunjang jalanya interaksi edukatif karena siswa merasa
betah untuk tinggal di dalam kelas. berjalan secara optimal dan berhasil dengan
baik.
3.
Kedisiplinan
Ketepatan waktu hadir di sekolah/kelas Guru adalah
sosok yang harus bisa ditiru. Jika anak didik saja diwajibkan untuk datang
disekolah tepat waktu maka guru harus bisa menjadi contoh untuk datang lebih
awal disekolah dengan tujuan guru bisa menyiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan pada saat pembelajaran.
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. Guru adalah
seorang perancang dalam pembelajaran jadi di dalam menyelesaikan tugas guru
harus tepat waktu karena segala sesuatunya sudah dirancang sebelumnya dengan
tepat.
4.
Ketaatan
Ketaatan mengikuti aturan adalah menupakan hal yang
penting bagi guru yang professional dan hukumnya wajib, karena aturan dibuat bukaan
untuk dilanggar tetapi untuk ditaati dengan hararapn bisa menutup
kekurangan-kekurangan yang akan terjadi. Jalinan hubungan antara guru dan
atasan hendaknya selalu diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan
pendidikan yang menjadi tanggung jawab
bersama.
5.
Inspirator
Fungsi guru sebagai inspirator maksudnya guru harus
bisa mengilhami sesuatu yang baik pada diri anak didik untuk
mendapatkan kemajuan dalam pembelajaran. Guru harus bisa memberikan petujuk
bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk tidak harus beupa teori tetapi apa
saja yang bisa dilakukan sehingga anak didik dapat melepaskan diri dari masalah
masalah yang dihadapinya.
6.
Informator
Dengan begitu pesatnya perkembangan tehnologi dan ilmu
pengetahuan maka guru harus siap untuk memberikan informasi yang jelas terhadap
perkembangan pendidikan tersebut. Jadi guru tidak boleh ketinggalan jaman dan
harus senantiasa berusaha mengikuti perkembangan IPTEK. Informator yang baik
adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk
kepentingan anak didik.
7.
Organisator
Setiap guru harus mampu berperan sebagai organisator
yang baik. Guru harus mampu mengorganisir segala sesuatu yeng terkait dengan
pembelajaran dengan baik . Karenanya sebelum melakukan pembelajaran guru harus
terlebih dahulu menyiapkan aturan tata tertib yang baik yang akan menjadi
panutan di dalam setiap kegiatan di sekolah . Kemampuan menyusun kalender akademik juga termasuk di dalamnya yang harus dikuasahi oleh guru. Sehingga
akan tercipta efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada setiap diri anak
didik.
8.
Motivator
Kemampuan guru dalam mendorong agar anak didik lebih
bergairah dalam belajar adalah merupakan kemempuan yang penting bagi guru
sebagai motivator. Agar bisa berperan dalam melaksanakan fungsinya sebagai
motivator yang baik , guru harus mampu menganalisis motif-motif yang
melatarbelakangi anak kurang bergairah dalam belajar dan mengalami penurunan
prestasinya di sekolah.
9.
Inisiator
Kedudukan guru sebagai tenaga profesiaonal membuat
guru harus mampu menjadi pencetus ide-ide baru untuk kemajuan pendidikan dan
pengajaran. Guru harus memiliki inisiatip menciptakan media pembelajaran yang
baru dan cocok dengan perkembangan dunia pendidikan yang sesuai dengan kondisi
dan mempermudah dan menarik bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Jadi guru
harus senantiasa melakukan inisiatif di dalam menemukan metode dan tehnik yang
baru yang dapat mengembangkan kemajuan dunia pendidikan.
10. Fasilitator
Guru harus memiliki kemampuan sebagai fasilitator yang
sanggup untuk menciptakan ,menyediakan dan membuat fasilitas belajar yang baik
, dan menyenangkan sehingga tercipta lingkungan belajar yang nyaman dan membuat
siswa lebih giat dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai seperti yang diharapkan.
11. Pembimbing
Setiap guru harus mampu memainkan perannya sebagai
pembimbing. Karena tugas guru adalah membantu membimbing siswa dalam belajar
agar siswa tidak mengalami kesulitan. Keikhlasan guru untuk membimbing siswa
sangatlah dibutuhkan ,karena ikatan batin yang kuat akan tercipta manakala
perasaan ikhlas muncul pada diri seseorang saat melakukan suatu aktifitas..
12. Evaluator
Fungsi guru sebagai evaluator memegang kunci yang
penting karena akan bisa menentukan tingkat keberhasilan siswa. Untuk itu guru
harus pandai memainkan peranya sebelum memberikan evaluasi terhadap siswa .
Guru harus merumuskan dulu apa tujan dari evaluasi tersebut, selain itu guru
harus pandai menyusun alat evaluasi yang tepat yang akan digunakan untuk
mengukur tujan dari apa yang hendak diukur. Belajar dan berlatih menyusun alat
evaluasi adalah sangat penting untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
Di dalam pembelajaran , fungsi guru sebagai evaluator
tidak hanya menilai produk ( hasil dari pengajaran ), tetapi juga menilai
proses, karena dengan kedua kegiatan itu akan diperoleh feedback tentang
pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilaksanakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
CBSA
merupakan suatu upaya dalam pembauran pendidikan dan pembelajaran. CBSA bukan
hal baru dalam pendidikan dan pengajaran. CBSA merupakan konsekuensi logis
dalam pembelajaran dan pengajaran. Tidak ada proses belajar tanpa keaktifan
anak didik yang belajar. Semua komponen dalam
sekolah harus mendalami seluk beluk CBSA mulai dari pengertian CBSA, setelah
itu mengedepankan rasionalitas dan memperhatikan prinsip-prinsip CBSA. Sehingga
penerapan CBSA dalam pembelajaran lebih efektif. Dengan metode CBSA kualitas
pendidikan bisa ditingkatkan, CBSA dapat berjalan apabila diinternaliasasikan
doktrinnya dalam dunia pendidikan.
Agar tujuan
pembelajaran dapat berhasil dan predikat guru sebagai tenaga
professional yang diidolakan oleh anak didik tidak diragukan lagi mari
para guru bersama-sama saling introspeksi sudah
sampai sejauh mana peran para guru dalam melaksanakan tugas pendidikan. Jadi
janganlah kita hanya menuntut hak tapi lalai dalam melaksanakan tugas, tetapi
marilah kita melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya kemudian kita
menuntut hak kita. Sekali lagi gurulah yang menjadi ujung tombak
dalam keberhasilan pembelajaran, untuk itu marilah menjadi guru yang
professional demi keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan.
Dengan Model
Interaksi Edukatif proses pembelajaran bisa menjadikan anak didik lebih aktif
dan kreatif sehingga Model PAIKEM bisa diterapkan dengan semestinya. Dalam
pendidikan Islam anak bisa lebih mendalami dan mengerti ajaran-ajaran yang ada,
karena mereka bisa praktek secara langsungf setelah menerima pelajaran dari
seorang guru, sebaliknya guru dituntut untuk bisa menjadi seorang guru yang
teladan sekaligus menjadi guru yang hebat sebagai salah satu proses untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dengan ini lembaga pendidikan bisa mencetak
generasi muda yang aktif dalam segala bidang, terutama bidang pendidikan Islam
yang ada di Indonesia, pendidikan Islam memang sangatlah tidak diunggulkan
dalam pendidikan Indonesia, karena dianggap sebagai pendidikan yang kolot,
naming sebagai seorang guru, harus bisa menjelaskan secara detai tentang tujuan
yang akan dicapai.
B.
Rekomendasi
Pendidikan
Islam di Negara ini sangatlah kurang, mulai dari minat seorang peserta didik,
motivasi orang tua maupun guru maupun dari cara pembelajaran guru disekolah
atau diluar sekolah, Pendidikan Islam memang seharusnya dimulai dari sejak
kecil, karena pendidikan Islam itulah yang akan membentengi individu seorang
peserta didik dari pendidikan-pendidikan luar yang jauh dari ajaran-ajaran
Islam, maka Guru dalam Pendidikan Islam dituntuk untuk multitalent yang bisa
menggabungakan, menginovasi atau memberi pembaruan dengan harapan pendidikan
Islam bisa maju sebagaimana pendidikan-pendikan selain islam, selain guru peran
Orang Tua sangat besar dalm menentukan tujuan ini, karena orang tualah yang
waktunya lebih banyak bersama anak didik dibandingkan seorang guru yang ada
dalam lembaga pendidikan.
Peran Orang
Tua dan guru bisa berjalan dengan baik sebagaimana tujuan pembelajaran dalam
pendidikan islam, harus diselaraskan dengan baik pula, karena dua peran inilah
yang sangat besar pengaruhnya daripada yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, Drs. Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2000.
Hasibuan, J.J. Drs., Dip. Ed. Drs.
Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.
1992.
GLOSARIUM
Design : Suatu pemikiran baru
atas fundamental seni dengan tidak hanya menitik beratkan pada nilai estetik,
namun juga aspek fungsi dan latar
industri secara massa.
Discovery : Penemuan unsur-unsur
kebudayaan yang baru baik berupa suatu alat baru maupun ide baru.
Inquiry : Suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau exsperimen
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis
Instructor : Orang yang bertugas
mengajarkan sesuatu dan sekaligus memberikan latihan dan bimbingannya.
Utilization :
Sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran
namun dapat ditemukan, diaplikasikan dan digunakan untuk keperluan belajar
Lampiran-lampiran
: