BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemajuan zaman saat begitu sangat cepat, mulai dari
perubahan-perubahan dibidang ekonomi, sosial, teknologi sampai bidang
pendidikan. Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang lebih modern
dibandingkan dengan zaman dahulu, karena proses perubahan ini didikung dari
berbagai sisi positif juga perang Guru serta Orang tua yang bekerja sama demi
mencapai tujuan yang sama. Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam
mendidik dalam upaya meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh
perubahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu
sendiri. Belajar adalah salah satu aktivitas siswa yang terjadi di dalam
lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan
nonformal. Salah satu lembaga pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu
sekolah dimana di dalamnya terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang
melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Tujuan belajar siswa sendiri adalah
untuk mencapai atau memperoleh pengetahuan yang tercantum melalui hasil belajar
yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Pada dewasa ini banyak masalah yang timbul lebih cepat. Sebelum
kita dapat mengidentifikasi masalah itu, yang pasti tampak cara untuk
memperoleh kejelasan dan hal ini tidak dapat dipisahkan dengan masalah-masalah
itu. Semakin lama masalah itu menjadi sangat komplek. Juga dalam
masalah-masalah itu selalu terjadi perubahan terutama masalah-masalah yang
berkaitan dengan pendidikan.
Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan
belajar dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan
meningkat, hal ini dilakukan karena majunya pendidikan membawa implikasi meluas
terhadap pemikiran manusia dalam berbagai bidang sehingga setiap generasi muda
harus belajar banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan tuntunan
zaman. Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar
mengajar yang dialami oleh siswa seorang guru dituntut untuk teliti dalam
memilih dan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Akan tetapi dalam mencapai suatu tujuan yang baik pasti ada kendala
suatu masalah yang menghalangi dalam pencapaian tujuan itu, seperti halnya
dalam bidang pendidikan, pasti ada masalah-masalah dalam pembelajaran siswa. Masalah
yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan kurang hubungan komunikasi
antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses
interaksi menjadi vakum.
Untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya
dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pengajaran sehingga dalam
perbaikan proses pengajaran ini peranan guru sangat penting. Selaku pengelola
kegiatan siswa, guru juga diharapkan membimbing dan membantu siswa.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun membuat rumusan
masalah sebagai barikut:
- Apakah pengertian masalah belajar?
- Apa sajakah jenis masalah-masalah dalam pembelajaran?
- Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab masalah-masalah dalam pembelajaran yang dihadapi siswa?
- Bagaimanakah prosedur atau langkah-langkah pemecahan masalah-masalah dalam pebelajaran yang dihadapi siswa?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
- Mendeskripsikan pengertian masalah belajar,
- Mendeskripsikan jenis masalah-masalah dalam pembelajaran,
- Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab masalah-masalah dalam pembelajaran,
- Mendeskripsikan prosedur atau langkah-langkah pemecahan masalah-masalah dalam belajar siswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Masalah Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian
belajar bisa mempunyai arti yang luas, tergantung kita sendiri memberikan arti
untuk belajar. Karena segala sesuatu yang kita kerjakan bisa mempunyai arti
belajar, namun dalam hal ini saya mengartikan belajar dalam hal mencari
pengetahuan ilmu, atau biasa kita jumpai pada proses pembelajaran anak
dilingkungan sekolah.
Skinner (1958) memberikan definisi
belajar “Learning is a process progressive behavior adaptation”. Dari
definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Skinner percaya bahwa proses
adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan (reinforcement).
Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti
belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.
Jadi belajar
adalah proses untuk perubahan prilaku dari yang bersifat tidak baik menuju
sifat yang baik dan lebih baik, karena dengan sikap yang baik, orang yang
mempunyai ilmu akan lebih dihargai dari pada sifat yang kurang baik. Dalam
mencapai tujuan tersebut tentunya sangat membutuhkan waktu, sehingga
pembelajaran yang formal ada batasan-batasan yang membatasi waktu untuk
menempuh proses belajar itu. Dengan adanya kurikulum yang mengatur proses
pembelajaran, maka batasan-batasan tertentu sangat membatasi adanya kaitan satu
dengan yang lain.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of
Psychology membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “…acquisition
of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and
experience” (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya adalah process
of acquiring responses as a result of special practice (Belajar ialah
proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).
Seperti yang
diungakapkan Skiner, menurut Chaplin ini juga tidak jauh berbeda dengan
ungkapan Skiner, Belajar adalah perubahan tingkah laku, sebagai perbedaan
antara orang yang berilmu dan tidak.
Berdasarkan
pengertian di atas maka dapat dipahami secara umum bahwa belajar adalah
perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang yang
relatif menetap diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus
menerus dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.
2.
Pengertian
Masalah Belajar
Banyak ahli
mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu
hal yang tidak mengenakan.
Prayitno
(1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan.
Sedangkan
menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan,
yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat
didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil
dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu
dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Dari definisi masalah dan belajar
maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai
berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa
dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu
dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan
dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau cerdas. Masalah-masalah dalam
pembelajaran ini adalah sesuatu yang harus dipecahhkan oleh guru dan orang tua
sehingga proses belajar anak bisa sesuai dengan tujuan yang pertama yaitu
mencerdaskan anak bangsa yang berpendidikan dan mempunyai tingkah laku yang
baik. Tanggung jawab seorang guru dalam mendidik anak bisa berjalan dengan baik
jika masalah-masah dalam pembelajaran bisa dipecahkan secara bersama-sama.
3.
Pengertian
Pembelajaran
Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau
tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh
sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa
adalah keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal
yang akan dijadikan bahan belajar.
Belajar adalah
proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan sehingga terjadi perubahan
perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar
jika disebabkan oleh karena pertumbuhan atau keadaan sementara. (Syaifuddin
Iskandar, 2008:1).
Sedangkan
pembelajaran atau instruksional adalah usaha mengorganisasikan lingkungan
belajar sehingga memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar
tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu nantinya.
B.
Jenis-jenis masalah dalam Pembelajaran
Di dalam setiap kehidupan pasti akan ada
yang namanya masalah , begitu juga masalah dalam pembelajaran yang membuat
peserta didik tidak dapat secara maksimal untuk menyerap ilmu yang telah di
sampaikan oleh tenaga didik. Berikut akan kami sampaikan beberapa masalah dalam
pembelajaran yang perlu untuk ditanggulangi:
a)
Berkurangnya
motivasi para peserta didik untuk belajar atau berpartisipasi di dalam belajar;
b)
Semakin
banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di mulai;
c)
Pada
zaman yang berkembang ini juga banyak sekali perkelahian muncul di kalangan
antar pelajar;
d)
Prestasi
siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai;
e)
Semakin
menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.
Identifikasi penyebab masalah dalam pembelajaran mengenai kurangnya
motivasi belajar peserta didik di dalam melakukan pembelajaran antara lain
adalah :
1.
Kurangnya
sekolah menentukan guru yang kompetitif di dalam melakukan pembelajaran atau
terlalu monotonnya proses pembelajaran di dalam sekolah;
2.
Kurangnya
guru melakukan sebuah hubungan atau relasi dengan para murid yang menjadi
peserta didiknya;
3.
Kurang
maksimalnya di dalam penggunaan alat ataupun media pembelajaran yang menjadi
pendukung di dalam aktivitas belajar mengajar;
4.
Tidak
adanya sebuah ide atau motivasi untuk membuat kelas yang hidup dan tidak
berkesan kaku dan membosankan;
5.
Guru
tidak melakukan upaya permasalahan kelas yang monoton yang membuat peserta
didik menjadi malas untuk datang ke kelas;
6.
Kurangnya
kemampuan para peserta didik untuk bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil
untuk melakukan diskusi ringan;
7.
Tidak
adanya upaya para tenaga didik untuk memulai cara pembelajaran yang baru supaya
para peserta didik dapat lebih aktif di dalam lingkup pembelajaran.Tidak adanya
sebuah penghargaan ataupun imbalan yang di berikan kepada peserta didik yang
memiliki kemampuan yang lebih;
(http://samadaranta.wordpress.com/2010/12/28/masalah_dalam_pembelajaran diakses
tanggal 22 Maret 2015 22.38 WIB)
Diantara banyak peserta didik di
sekolah ada siswa yang berprestasi, namun banyak pula yang dijumpai siswa yang
gagal. Secara umum, siswa-siswa yang mengalami nilai dan angka rapor banyak
rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya dapat
dianggap sebagai siswa yang mengalami masalah belajar. Seseorang siswa dapat
diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil
mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu.
Selain masalah-masalah dalama
pembelajaran yang telah diungkapkan diatas, namun banyak sekali yang berbeda
dan itu tergantung mereka menilai dari sudut pandang yang berbeda juga. Prayitno
(Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut :
1.
Keterampilan
Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup
tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Seharusnya kegiatan
exstra harus dimanfa’atkan secara baik oleh guru dan orang tua, karena
ketrampilan setiap anak didik sangatlah berbeda-beda, sehingga bisa
mengeluarkan dan memulai ketrampilannya sejak dari kecil dan diharapkan bisa
mengembangkannya.
2.
Keterampilan
dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar
yang amat tinggi. Ketrampilan dalam belajar bisa menunjang prestasi belajar
siswa karena siswa akan lebih banyak mendapatkan ilmu pengetahuan tambahan dari
proses pembelajaran yang semestinya.
3.
Sangat
Lambat dalam Belajar
Keadaan
siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan
untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Sebenarnya setiap siswa
mempunyai akal yang sama, tetapi kemampuan setiap siswa yang satu dengan siswa
yang lain sangatlah berbeda dan disinalah letak kerja exstra guru dalam memberikan
pengajaran yang lebih agar siswa yang kurang mampu dalam menerima pelajaran
tidak terlihat sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan siswa yang penerimaan
pelajarannya sangat cepat.
4.
Kurang
Motivasi dalam Belajar
Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka
seolah-olah tampak jera dan malas. Hal ini disebabkan dari beberapa sebab yang
meliputi dari lingkungan sekolah, keluarga maupun dari lingkungan pergaulan
anak, jika lingkungan anak memang sejak kecil diberi semangat belajar yang tinggi,
pastinya siswa tersebut bisa termotivasi untuk menjadi anak yang pintar, namun
sebaliknya kurangnya motivasi belajar siswa bisa mempengaruhi proses belajar
dan akhirnya menjadi salah satu dari sekian banyak masalah-masalah dalam
pembelajaran.
5.
Bersikap
dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar
Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari
antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur
waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya
dan sebagainya, maka sikap dan kebiasaan yang baik bisa menunjang kelancaran
proses belajar anak. Hal ini disebabkan anak akan cenderung rajin belajar dari
pada siswa yang mempunyai sikap dan kebiasaan yang buruk.
(Nirwana, Herman dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP
UNP)
C.
Faktor-faktor penyebab masalah-masalah dalam pembelajaran
1. Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
Faktor
yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu :
a.
Faktor
Psikologis
Ø Intelegensi
Siswa
yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran
yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa yang
berintelegensi rendah.
Ø Bakat
Apabila
bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa akan
mengalami kesulitan dalam belajar.
Ø Motivasi
Prestasi
belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak mempunyai motivasi
dalam belajar.
b.
Faktor
Fisiologis
Gangguan-gangguan
fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat penglihatan dan pendengaran yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar. Seperti gangguan visual yang sering disertai
dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi
pada pelajaran.
2.
Faktor
Eksternal
a.
Faktor
yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah :
ü Metode
mengajar
Apabila
guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi dan pada setiap
pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar.
ü Hubungan
guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa
Dalam
proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar siswa tidak
terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa akan
mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal sekolah akan saling
menyebutkan kelemahan dari personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang
sehat.
ü Sarana
dan prasarana
Alat-alat
belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang diperlukan sulit
didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak mencukupi syarat seperti terlalu
panas, pengap, dan ruang kecil yang tidak sesuai dengan jumlah siswa.
b.
Faktor
Keluarga
· Keadaan ekonomi keluarga
Apabila
anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja membantu mencari
tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan
terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan, tidak
dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan sebagainya.
· Hubungan antar sesama anggota keluarga
Apabila
hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua sering bertengkar,
orang tua otoriter, peraturan yang ketat, dan sebagainya, maka anak tidak bisa
berkonsentrasi dalam belajar.
· Tuntutan orang tua
Tuntutan
orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak apabila tuntutan itu
tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat anak.
c.
Faktor
Lingkungan Masyarakat
Faktor
yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar adalah media cetak, komik, buku-buku pornografi, media elektronik, TV,
VCD, video, play station, dan sebagainya.
D.
Langkah-langkah
Pemecahan Masalah-masalah dalam Pebelajaran
Murid yang mengalami
masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut
nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat berkembang secara
optimal. Masalah-masalah dalam pembelajaran harus segera dipecahkan karena itu
bisa menjadi titik kelemahan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pendidiakan di Indonesia. Pemecahan masalah ini bisa dilihat dari
faktor-faktor yang mempengaruhi adanya masalah-masalah tersebut.
Pembelajaran yang
baik tentunya sangat memerlukan pengelolaan yang baik juga, dan untuk
mencapainya harus dengan selalu intropeksi pada hal-hal yang menyebabkan
timbulnya masalah itu. Dari uraian faktor yang ada diatas tadi, langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
Menurut Prayitno (Herman dkk,
2006:159-160) masalah pembelajaran siswa dapat dientaskan melalui :
1.
Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu
bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang
mengalami masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa. Dengan pengajaran
perbaikan ini, diharapkan bisa memecahkan masalah-masalah yang ada dalam
pembelajaran siswa untuk meningkatkan prestasi siswa maupun prestasi sekolah
tersebut. Saat ini, metode belajar yang
populer di Indonesia yang dikenal dengan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktif artinya ketika proses pembelajaran
guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif artinya bagaimana
guru menciptakan pembelajaran yang bisa membuat siswanya berpikir bahwa
learning is fun, sehingga tertanam didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi
perasaan tertekan dengan tenggat waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan
tentunya. Kreatif artinya agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya
bagaimana guru mampu menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu. Dan Menyenangkan
artinya suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time
on task”) tinggi.
2.
Program Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk
layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat
cepat dalam belajar. Sebagai seorang pendidik kita tidak harus memperhatikan
siswa yang kurang mampu saja, akan tetapi siswa yang cepat dalam belajar juga
sangat penting untuk kita perhatikan, hal ini nantinya tidak ada kesenjangan
satu dengan yang lain, harapannya siswa yang cepat dalam menerima pelajaran
bisa mengimbangi dan mungkin bisa membantu siswa yang kurang cepat dalam
menerima pelajaran.
3.
Peningkatan Motivasi Belajar
Guru bidang studi, guru pembimbing, dan
staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasi dalam
belajar. Salah satunya dengan cara menyesuaikan pengajaran dengan bakat, minat,
dan kemampuan. Peningkatan motivasi belajar sangatlah penting untuk diberikan
kepada semua siswa, hal ini bisa memberikan semangat belajar yang tinggi bagi
semua siswa dalam hal mengeluarkan semua bakat dan minat siswa untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara individu maupun secara kelompok.
Motivation is an essential condition of learning.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:
a.
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b.
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat
lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan
waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan
tujuan.
(http://blog.unsri.ac.id/yunifitriyah/belajar-dan-pembelajaran/masalah-masalah-belajar/mrdetail/15802/,
diakses pada tanggal 22 Maret 2015)
4.
Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar
yang Baik
Setiap siswa diiharapkan menerapkan sikap
dan kebiasaan belajar yang efektif karena prestasi belajar yang baik diperoleh
melalui usaha atau kerja keras. Kebiasaan belajar yang baik sangat menunjang
dalam segala aspek pembelajaran siswa, ketika siswa sudah melaksanakan hal-hal
yang baik, mulai dari pengembangan sikap, disiplin, rajin dan ada tanggung
jawab bersama, maka proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan harapan
bersama, dan bisa memberikan pengaruh yang besar dalam peningktan prestasi
siswa.
Mengajar sebagai proses pemberian atau
penyampaian pengetahuan saja tidak cukup, tetapi harus diiringi dengan
mendidik. Artinya guru secara tidak langsung harus dapat membimbing siswa untuk
melakukan dan menyadari etika, budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa
tinggal. Guru bukan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para
siswa, melainkan guru sebagai fasilitator, teman dan motivator. Oleh karena
itu, pengajaran minimal harus dipandang sebagai suatu proses sistematis dalam
merencanakan, mendesain, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan pembelajaran secara efektif dalam jangka waktu yang layak.
5.
Layanan Konseling Individual
Dalam hubungan tatap muka antara konselor
dengan klien (siswa) pada kegiatan konseling diupayakan adanya pengentasan
masalah-masalah klien yang telah disampaikan pada konselor. Sebagai seorang
konselor sebaiknya bisa mengatasi masalah itu dari proses/sebab yang
mempengaruhi adanya hal-hal yang bisa menyebabkan masalah-masalah pembelajaran.
Adanya masalah itu pasti juga adanya sebab yang mempengaruhinya, maka layanan
konseling diberikan kepada setiap siswa yang merasa dirinya kurang dalam aspek-aspek
yang ada pada proses pembelajaran disekolah atau diri sendiri.
Guru Bimbingan Konseling juga
memiliki peranan yang cukup besar dalam hal memotivasi siswa, guru secara
berkelanjutan memberikan penyuluhan dan motivasi kepada siswa baik secara
perorangan (individu) maupun secara kelompok.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah
belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa sehingga
dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan dan
memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya
dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan tetapi
juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata
normal atau tinggi.
Pembelajaranadalah
usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa
melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung
pembelajaran itu nantinya.
Masalah- masalah
dalam pembelajaran antara lain :
1. Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau
berpartisipasi di dalam belajar;
2. Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di mulai;
3. Banyak sekali perkelahian muncul di kalangan antar pelajar;
4. Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai;
5. Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.
Faktor-faktor
penyebab masalah belajar dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal)
maupun dari luar diri siswa (eksternal).
1.
Faktor
yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)
a.
Faktor
Psikologis
b.
Faktor
Fisiologis
2.
Faktor
Eksternal
a.
Faktor
yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah :
b.
Faktor
Keluarga
c.
Faktor
Lingkungan Masyarakat
Pemecahan masalah-masalah pembelajaran antara lain:
1.
Pengajaran Perbaikan
2.
Program Pengayaan
3.
Peningkatan Motivasi Belajar
4.
Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar
yang Baik
5.
Layanan Konseling Individual
B.
Saran
1.
Apabila terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan Makalah ini, sangat diharapkan akan adanya
perbaikan.
2.
Diharapkan kepada para Guru agar
lebih menyelenggarakan pembelajaran yang optimal terhadap anak didiknya dan
memberikan pemahaman yang lebih luas tentang arti belajar itu sendiri.
3.
Diharapkan kepada Guru selaku
pendidik untuk tidak hanya memfokuskan fungsinya selaku pengajar dan
fasilitator, tetapi juga perannya selaku motivator sehingga sukses dalam proses
pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati, dkk., Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002
Nirwana,
Herman dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, Cet. Keempat
http://samadaranta.wordpress.com/2010/12/28/masalah_dalam_pembelajaran diakses
tanggal 21 Maret 2015 22.38 WIB
http://blog.unsri.ac.id/yunifitriyah/belajar-dan-pembelajaran/masalah-masalah-belajar/mrdetail/15802/, diakses pada tanggal 22 Maret 2015
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/, diakses
pada tanggal 22 Maret 2015