BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesalahan besar jika kita menganggap bahwa
persoalan dalam pemilihan kata adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak
perlu dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara
wajar pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai
orang-orang yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada
dalam pikirannya dan sedikit sekali variasi bahasanya. Kitapun juga menjumpai
orang-orang yang boros sekali dalam memakai perbendaharaan katanya, namun tidak
memiliki makna yang begitu berarti. Oleh karena itu agar tidak terseret ke
dalam dua hal tersebut, kita harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian yang tersirat dalam
sebuah kata mengandung makna bahwa setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan.
Kata-kata merupakan alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang
lain. Jika kita sadar akan hal itu, berarti semakin banyak kata yang kita
kuasai, semakin banyak pula ide atau gagasan yang kita kuasai juga serta sanggup kita ungkapkan kepada orang lain agar
mudah untuk dipahami.
Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling memahami antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca. Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu dalam komunikasi.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan kata berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Kata disatu-padukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah.
Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling memahami antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca. Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor penentu dalam komunikasi.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan kata berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Kata disatu-padukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagi berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengertian ejaan.
- Menggunakan huruf-huruf dalam bahasa indonesia.
- Memisahkan kata atas suku kata.
- Menuliskan huruf besar (kapital) dan huruf miring.
C. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini, penyusun membuat rumusan masalah sebagai barikut:
1.
Apa pengertian
dari ejaan ?
2.
Apa fungsi dari
ejaan ?
3.
Bagaimana Perkembangan Ejaan Bahasa
Indonesia ?
4.
Bagaimana Penggunaan kata
dalam Bahasa Indonesia ?
BAB
II
PEBAHASAN
A.
Pegertian Ejaan
Ejaan dapat ditinjau dari dua
segi, yaitu segi khusus dan segi umum, secara khusus ejaan dapat diartikan
sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi
huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata, kelompok kata atau kalimat.
Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan
bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya yang dilengkapi pula
dengan penggunaan tanda baca. Dari keterangan tersebut, kita dapat menyimpulkan
bahwa ejaan merupakan hal-hal mencakup penulisan huruf, penulisan kata,
termasuk singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda
baca. Selain itu, juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur
asing.
Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni
aspekfonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf danpenyusunan
abjad aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan
aspek sintaksis yang menyangkut penandaujaran tanda baca.[1]
Ada yang mengatakan bahwa ejaan ialah keseluruhan
peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana
interrelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam
suatu bahasa.[2]
Adapun menurut KBBI ejaan ialah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuktulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca. Dengan demikian,secara sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah
seperangkat kaidah tulis-menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata,
dan tanda baca.
B.
Fungsi Ejaan
1.
Landasan
pembakuan tata bahasa.
Ejaan merupakan landasan pembakuan dalam tata bahasa
Indonesia, dengan adanya pembakuan kata tersebut ejaan merupakan dasar yang
kita gunakan dalam pelafalan, penulisan serta penggunaan berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Pembakuan tata bahasa telah ditetapkan dan disepakati
bersama bahwa dengan adanya tatanan bahasa tersebut kata yang kita ucapkan atau
tulis bisa dan mudah dipahami setiap orang yang mendengarkan pembicaraan kita
atau bisa membaca serta memahami apa yang kita tulis. Tata bahasa yang baik
merupakan bentuk fungsi dari ejaan yang telah kita pahami dan mengerti
bagaimana penempatan dan pengamalan kata itu sendiri. Seorang dikatakan bisa
berbahasa baik dan benar selain bisa memahami kaidah-kaidah Bahasa Indonesia,
dia juga harus memahami dengan baik dan benar kebahasaan yang dihadapi. Pembakuan
bahasa Indonesia perlu dilaksanakan dengan mengesahkan:
a.
Kodifikasi
menurut situasi ragam dan gaya bahasa.
b.
Kodifikasi
menurut struktur bahasa sebagai system komunikasi yang menghasilkan tata bahasa
dan kosa kata serta peristilahan yang baku.
c.
Tersedianya
saran pembakuan seperti kamus, ejaan, kamus umum, buku tata bahasa, pedoman
umum ejaan, pedoman pembentukan istilah, dan pedoman gaya tukis menulis.
2.
Landasan
pembakuan kosakata dan peristilah.
Selain sebagai landasan tata bahasa, ejaan juga
berfungsi sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilah. Usaha
pembakuan kosakata bertujuan agar tercapai pemakaian bahasa yang cermat, cepat,
dan efisien dalam komunikasi’ dalam hubungan itu perlu ditetapkan kaidah-kaidah
yang berupa aturan dan pegangan yang tepat di bidang ejaan, kosa kata, tata
bahasa, dan peristilahan.
3.
Alat
penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa indonesia.
Sebagai bangsa yang kaya akan bahasa, Bahasa Indonesia
merupakan satu bahasa nasional yang kita miliki, maka untuk mewujudkan bahwa
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang baku, perlu ada kaidah-kaidah bahasa untuk
mempersatukan antara suku satu dengan suku lainnya, dengan adanya ejaan
tersebut maka Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat penyaring masuknya
unsur-unsur bahasa lain kedalam Bahasa Indonesia. Dengan adanya ejaan yang
telah disepakati untuk suatu negara, maka bisa disimpulkan bahwa Bahasa
Indonesia adalah bahasa pemersatu diantara bahasa-bahasa yang ada di negara
kita. Mungkin kita bisa menjumpai seribu bahasa yang ada dinegara ini, tapi tidak
halnya dengan Bahasa Indonesia yang telah ditetapkan kebakuannya. Jadi ejaan
Bahasa Indonesia merupakan ciri khas bahwa kita adalah warga negara Indonesia
asli yang mengerti akan ketetapan bahasa yang ada.
Secara praktis ejaan berfungsi untuk membantu pembaca
dalam memahami dan mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.
Di Indonesia terdapat beberapa ejaan Bahasa Indonesia,
antara lain :
- Ejaan van ophuysen
Ejaan ini
disusun oleh Prof. ch. A. Van Ophuysen dengan bantuan ahli bahasa seperti Engku
Nawawi atas perintah Pemerintah Hindia Belanda. Ejaan ini terbit pada tahun
1901, dalam kitab logat melayu. Menurut Van Ophuysen bahasa melayu tidak
mengenal gugus konsonam dalam satu kata.
- Ejaan Soewandi
Ejaan ini di
tetapkan mulai tanggal 19 Maret 1947 kemudian dikenal dengan Ejaan Republik/ Soewandi.
Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi. Penyusunan
ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya yaitu
Ejaan Van Ophuysen juga untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia.
- Ejaan Melindo
Melindo
ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Ejaan Melindo merupakan ejaan yang di
susun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak
Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh Syed Nasir bin Ismail, yang
tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia Tahun 1959
berhasil merumuskan ejaan yaitu Ejaan Melindo. Awalnya Ejaan Melindo di
maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang di gunakan di kedua negara tersebut namun
karena pada masa itu terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan malaysia,
Ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan.
- Ejaan Baru (LBK)
Ejaan Baru merupakan
lanjutan dari rintisan panitia ejaan melindo. Pelaksananya pun terdiri dari
panitia Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kasusaatraan, sekarang bernama Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang
berhasil merumuskan ejaan yang disebut Ejaan Baru, namun lebih di kenal dangan
ejaan LBK. Konsep Ejaan ini di susun berdasarkan beberapa pertimbangan antara
lain :
1) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang
menghendaki agar setiap fonem di lambangkan dengan satu huruf.
2) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang
menghendaki agar perlambangan secara teknis itu di sesuaikan dengan keperluan
praktis seperti ke adaan percetakan dan mesin tulis.
3) Pertimbangan Ilmiah yaitu Pertimbangan yang
menghendaki agar perlambangan itu mencerminkan studi yang mendalam mengenai
kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya.
- Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang
Disempurnakan atau biasa disebut EYD, diberlakukan sejak penggunaannya
diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 16 Augustus 1972. Pedoman umum Ejaan
Yang Disempurnakan ditetapkan oleh Mendikbud pada tanggal 31 Agustus 1975 dan
dinyatakan dengan resmi berlaku diseluruh Indonesia dan disempurnakan lagi pada
tahun 1987.
D. Penggunaan Kata dalam Bahasa Indonesia
1.
Pelafalan
Salah satu
hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam
bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan
bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah
ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan
dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang
melambangkan huruf tersebut. Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda
dengan kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
bahasa Belanda, dan bahasa Jerman.
Perhatikan contoh berikut!
- teknik = lafal
yang salah: tehnik, lafal yang benar: teknik
- energi = lafal
yang salah: enerhi, enersi, enerji. lafal yang benar: energy
Masalah lain
yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan huruf.
Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah
dibakukan dalam ejaan.
Perhatikan pelafalan berikut!
- TV = lafal yang salah: tivi. lafal yang
benar: teve
- MTQ =
Lafal yang salah:emtekyu, emtekui. Lafal yang benar: em te ki
Kaidah
pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi (h). Pelafalan
bunyi (h) ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi (h) yang terletak di
antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata
mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi (h) yang terletak di antara dua vokal
yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada
kata tahun, lihat, pahit.
2.
Pemisahan Suku Kata
Setiap suku
kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat didahului
atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya
kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap
baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata
berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir
baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulisan harus
mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata seperti berikut ini :
1)
Apabila di
tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal
tersebut. Contoh: Main ma-in, taat ta-at.
2)
Apabila di
tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di antara
kedua konsonan tersebut. Contoh : ambil am-bil. undang un-dang.
3)
Apabila di
tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal pemisahannya dilakukan
sebelum konsonan. Contoh: bapak ba-pak. sulit su-lit.
4)
Apabila di
tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di antara
konsonan pertama dan konsonan kedua. Contoh: bangkrut bang-krut. instumen
in-stru-men.
5)
Imbuhan
termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan.
Contoh: minuman mi-num-an. bantulah ban-tu-lah.
3.
Penulisan Huruf
a.
Penulisan Huruf Kapital
1.
|
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat.
|
|||
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
|
||||
2.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung.
|
|||
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah,
Nak!"
|
||||
3.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab
suci, dan Tuhan (kata ganti tuhan)
|
|||
Misalnya:
Islam,
Quran, Weda, Tuhan akan menunjukkan jalan hamba-Nya.
|
||||
4.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti
nama orang.
|
||
Misalnya:
Mahaputra
Yamin
Sultan
Hasanuddin
|
||||
b.
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
tidak diikuti nama orang.
|
|||
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
|
||||
5.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau
nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
|
||
Misalnya:
Wakil Presiden
Adam Malik
Perdana Menteri
Nehru
|
||||
b.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk
lengkapnya.
|
|||
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden
Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
|
||||
c.
|
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama
orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
|
|||
Misalnya:
Berapa orang camat yang
hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor
jenderal.
|
||||
6.
|
a.
|
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur unsur nama orang.
|
||
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
|
||||
b.
Penulisan Huruf Miring
1.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
|
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama
karangan Prapanca.
|
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata.
|
Misalnya:
Huruf pertama kata abad
adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan
ditipu.
|
|
3.
|
a.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan
bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama
ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua
harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak
b.
Ungkapan
asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan
sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu
telah mengalami empat kali kudeta.
Korps
diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
|
c.
Penulisan
Kata
1)
Kata Dasar.
Kata yang
berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
2) Kata turunan.
a. Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: bergeletar, dikelola, penatapan, menengok, mempermainkan.
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata awalan atau akhiran ditulis serangkai
a. Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: bergeletar, dikelola, penatapan, menengok, mempermainkan.
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, menganak
sungai, sebar luaskan.
c.
Jika bentuk
dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran unsur , gabungan
kata itu ditulis serangkai
Misalnya: menggarisbawahi,
menyebarluaskan, dilipatgandakan.
d.
Jika salah
satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Contoh:
antarkota, dasawarsa, adipati, audiogram, ekstrakurikuler.
3) Kata Ulang
1.
|
Bentuk
ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
|
||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: anak-anak,
mata-mata, berjalan-jalan, menulis-nulis.
|
|||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
|||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Awalan dan
akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
|
||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
-
kekanak-kanakan
-
perundang-undangan
|
1) Gabungan Kata
1.
|
Unsur-unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
|
Misalnya:
-
duta besar
-
kambing
hitam
-
simpang
empat
|
|
2.
|
Gabungan
kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian
unsur yang bersangkutan.
Misalnya :
-
anak-istri Ali
-
ibu-bapak kami
|
3.
|
Gabungan
kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya :
-
acapkali
-
adakalanya
-
akhirulkalam
|
d.
Partikel
1.
|
Partikel lah,
kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
-
Bacalah
buku itu baik-baik!
-
Apakah
yang tersirat dalam surat itu?
|
|
2.
|
Partikel pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
-
Apa pun
permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
-
Hendak
pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
|
|
Catatan:
Partikel pun
pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
-
Bagaimanapun
juga, tugas itu akan diselesaikannya.
-
Baik laki
laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
|
|
3.
|
Partikel per
yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
|
Misalnya:
-
Mereka
masuk ke dalam ruang satu per satu.
-
Harga kain
itu Rp50.000,00 per helai.
Catatan:
Partikel per
dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan
kata yang mengikutinya
|
e.
Angka dan
Bilangan
Bilangan
dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor. Didalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
1.
|
Bilangan
dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.
|
Misalnya:
-
Mereka
menonton drama itu sampai tiga kali.
-
Koleksi
perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
|
|
2.
|
Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf,
jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak
dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
|
Misalnya:
-
Lima puluh siswa
kelas 6 lulus ujian.
-
Panitia
mengundang 250 orang peserta.
|
|
Bukan:
-
250 orang
peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
|
|
3.
|
Angka yang
menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
|
Misalnya:
-
Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
-
Proyek
pemberdayaan rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
|
|
4.
|
Angka
digunakan untuk menyatakan
(a) ukuran
panjang, berat, luas, dan isi;
(b) satuan
waktu;
(c) nilai
uangd;
(d) jumlah.
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian
singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan / penulis mencoba memberikan
kesimpulan, berdasarkan data-data dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak
orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
dengan kaidah-kaidah yang benar. Berbahasa Indonesia yang baik dan benar harus
paham dengan Ejaan yang merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf
,penulisan kata, termasuk singkatan, akronim ,angka,dan lambang bilangan, serta
penggunaan tanda baca. Selain itu juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan
unsur asing. Fungsi ejaan antara lain :
1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
2. Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
3. Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa
lain kedalam bahasa Indonesia.
Sedangkan
perkembangan sejarah bahasa indonesia di bagi dalam beberapa periode yaitu :
Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), Ejaan Melindo, Ejaan
Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), dan Ejaan Yang Disempurnakan.
Jadi dilihat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan bahasa yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain.
Jadi dilihat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan bahasa yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain.
Demikianlah
makalah yang dapat kami buat, kami menyadari tidak ada manusia yang sempurna
selain hanya milik Allah yang Maha Esa, maka dalam penulisan ataupun penyusunan
materi dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik
itu dari segi bahasa, dan penulisan kalimat ataupun yang lain. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan, demi kesempurnaan dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
Teriring
do’a semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya, dan bagi para
pembaca umumnya sehingga kita benar – benar menjadi insan islam yang selalu
menjaga, mengembangkan, serta ikut berpartisipasi dalam pengembangan agama
islam di tanah air kita ini. Amin
Terima
kasih, semoga rahmat dan ridho Allah senantiasa berlimpahan untuk kita semua.
Amin ya robbal alamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Mustakim. 1990.
Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Nasucha,Yakub
H. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta
: Media Perkasa.
http://zumaid.blogspot.com/ejaan-lama-sumber-perkembangan-bahasa..htmd